Bisnis.com, JAKARTA — PT Adiputro Wirasejati atau Karoseri Adiputro menjajaki peluang ekspor bus ke sejumlah negara di kawasan Pasifik melalui Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34 yang diselenggarakan pada 16—20 Oktober 2019.
Sales Export Manager Karoseri Adiputro Eko Widianto mengatakan penjajakan peluang ekspor ke sejumlah negara di kawasan Pasifik dilakukan lantaran potensi pasar bagi bus produksi karoseri Indonesia sangat besar.
Adapun, beberapa waktu lalu perusahaan karoseri yang berbasis di Malang, Jawa Timur ini diketahui telah menjajaki peluang ekspor bus ke negara-negara di kawasan Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Amerika Latin.
“Masih penjajakan [peluang ekspor], kami menargetkan negara-negara di kawasan Pasifik [diantaranya] Fiji, Papua Nugini, Kiribati, Tonga dan negara-negara lainnya juga [di kawasan tersebut]. Untuk produk yang akan diekspor [ke negara-negara di kawasan Pasifik], sepertinya kami akan fokus ke bus medium yang cukup diminati disana,” kata Eko ketika ditemui oleh Bisnis.com di sela-sela penyelenggaraan TEI ke-34, Minggu (20/10/2019).
Bus medium yang dimaksud adalah bus ukuran sedang dengan panjang 8-10 meter (m) berkapasitas sampai dengan 35 penumpang. Karoseri Adiputro diketahui menawarkan produk bus dengan merk dagang Jetbus 3+ dalam berbagai varian, mulai dari bus berukuran kecil berkapasitas belasan penumpang hingga bus tingkat yang mampu mengangkut lebih dari 60 penumpang sekaligus.
“Harganya bervariasi karena tergantung spesifikasi yang diminta oleh customer atau buyer, semakin mewah dan banyak aksesoris terpasang jelas semakin mahal. Tapi untuk ekspor yang kami tawarkan adalah spesifikasi standar, untuk bus berukuran besar standar kami Jetbus 3+ High Deck Double-Glass (HDD) ambil contoh harganya mulai dari Rp575 juta belum termasuk [harga] sasis ya,” papar Eko.
Adapun Eko menyebut waktu yang dibutuhkan oleh Karoseri Adiputro untuk menyelesaikan satu unit bus dengan spesifikasi standar tak lebih dari 28 hari kerja.
Karoseri yang beroperasi sejak tahun 1973 tersebut saat ini diketahui mampu memproduksi bus sampai dengan 2.000 unit setiap tahunnya diatas sasis bus berbagai merk, baik yang berasal dari Jepang, Eropa, maupun Tiongkok.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan bahwa Karoseri Adiputro telah mengantongi izin penggunan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Jawa Timur II sejak April 2019.
Sehingga, sasis bus yang diimpor oleh Karoseri Adiputro untuk keperluan ekspor dibebaskan dari bea masuk dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Selain itu, Karoseri Adiputro menurut Eko telah bekerjasama dengan sejumlah Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) atau Agen Pemegang Merk (APM) di Tanah Air untuk pengadaan sasis bus dalam berbagai ukuran, termasuk untuk keperluan ekspor.
“Kendala mungkin kalau negara tujuan ekspor itu menggunakan setir kiri, karena butuh waktu untuk mendatangankan sasisnya ke Indonesia dengan permintaan khusus ke ATPM atau APM, bisa juga diimpor langsung,” ungkapnya.
Lanjut Eko, Karoseri Adiputro hingga kini belum pernah mengekspor produknya secara langsung. Oleh karena itu, dia berharap agar penjajakan ekspor yang dilakukan melalui TEI ke-34 berhasil sehingga Karoseri Adiputro bisa mengikuti jejak sejumlah karoseri di Jawa Tengah yang sudah lebih dulu mengekspor bus produksinya.
Adapun karoseri di Jawa Tengah yang dimaksud adalah karoseri Laksana di Ungaran serta karoseri New Armada dan Tri Sakti yang sudah mengekspor bus produksinya ke sejumlah negara, termasuk diantaranya negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Pasifik.
Khusus untuk Karoseri Laksana diketahui telah mengekspor lebih dari 200 bus ke Fiji dan Bangladesh sejak 2009.
“Bakal jadi kali pertama bagi kami ekspor secara langsung, sebelumnya pernah sekitar [medio] 90an, produk kami minibus Suzuki Carry diekspor oleh Indomobil ke beberapa negara tetangga di Asia Tenggara. Waktu itu kami belum memproduksi bus besar hanya minibus saja,” ujarnya.