Bisnis.com, JAKARTA - Koordinasi soal terkait beras, gula, dan daging menjadi yang paling menyibukkan Darmin Nasution selama 4 tahun menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Tiga komoditas tersebut merupakan persoalan yang paling ruwet, sehingga proses koordinasinya juga kerap membingungkan.
"Yang paling ruwet persoalan kita karena macam-macam, satu beras. Kedua adalah gula, yang ketiga tadinya dua tahun pertama paling isu daging," kata Darmin di Jakarta, Jumat (18/10/2019).
Darmin kemudian merinci salah satu persoalan yang paling krusial bagi beras dan gula adalah persoalan data. Data antara kementrerian soal beberapa komoditas tersebut selalu berbeda-beda.
Padahal, untuk memecahkan persoalan mengenai beras misalnya, akurasi data sangat penting. Dengan ketidaksesuaian data antar kementerian, implikasinya bisa beragam bahkan bisa saja salah dalam mengambil kebijakan.
"Bayangkan kalau data tidak disepakati pasti kesimpulannya lain-lain. Sehingga yang satu bilang kurang, tapi di sini enggak di tempat sana tempatnya banyak," jelasnya.
Adapun sebelumnya, BPS memastikan akan melakukan perbaikan metodologi perhitungan data produksi beras dengan metode kerangka sampel area.
Metode ini merupakan perhitungan luas panen, khususnya tanaman padi, dengan memanfaatkan teknologi citra satelit dan peta lahan baku sawah.
Untuk penyediaan data ini, BPS bekerja sama dengan BPPT, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Badan Informasi dan Geospasial serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Melalui metode ini, BPS mencatat luas panen padi Januari-Desember 2018 telah mencapai 10,9 juta hektare dengan potensi produksi padi sebesar 56,54 juta ton gabah kering giling atau setara 32,42 juta ton beras.