Bisnis.com, JAKARTA – Keterlibatan Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM) Indonesia dalam perdagangan global masih rendah. Padahal, sektor ini dapat menjadi salah satu penyumbang ekspor terbesar Indonesia.
Direktur Eksekutif Megawati Institute yang juga merupakan Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengatakan, dalam upaya pemerintah melakukan transformasi struktural ekonomi secara umum, negara juga perlu melakukan perubahan struktur pelaku ekonomi Indonesia.
Menurut Arif, sektor UMKM merupakan salah satu sektor dengan nilai ekspor tinggi yang belum dioptimalkan oleh Indonesia hingga saat ini. Padahal, saat ini ada sekitar 64 juga pelaku usaha yang bergerak di sektor tersebut.
Ia mengatakan, kontribusi UMKM terhadap nilai ekspor nasional baru mencapai 15,8% dari total ekspor Indonesia. Angka ini berada di bawah negara-negara tetangga seperti Vietnam, Filipina, dan Thailand yang sektor UMKM nya menyumbangkan 20% hingga hampir 30% kegiatan ekspor negara.
“Seharusnya, kita mencontoh negara-negara itu. Sektor UMKM Jepang bahkan berkontribusi lebih dari 50% untuk ekspornya,” katanya saat ditemui di Jakarta pada Kamis (17/10/2019).
Arif menjelaskan Indonesia perlu melakukan redistirbusi aset dan akses yang berfokus pada sektor UMKM. Pemerintah perlu lebih meningkatkan upayanya membantu pelaku usaha mulai dari kebutuhan bahan produksi, alat-alat, akses pembiayaan, hingga mencari pasar-pasar potensial di luar negeri.
Upaya-upaya tersebut, lanjut Arif, secara perlahan akan meningkatkan kapasitas ekspor para pelaku usaha sektor UMKM. Hal ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sektor migas.
Sementara itu, Ketua Komite Bilateral untuk Bulgaria, Albania, dan Georgia Kadin Indonesia Alexander Yahya Datuk mengatakan sektor UMKM dapat mendukung usaha manufaktur sebagai penggerak perekonomian Indonesia. Ia mengatakan, negara-negara maju di dunia manufaktur, seperti Jerman, Jepang, dan Korea Selatan, disokong oleh Small Medium Enterprises (SME) atau UMKM di belakangnya.
“Ini yang membuat keterlibatan UMKM negara-negara tersebut dalam global value chain sangat signifikan,” imbuhnya.
Ia menuturkan, pemerintah perlu membuka keran investasi bagi sektor UMKM. Investasi tersebut menurutnya harus dapat memberikan nilai tambah terhadap UMKM dan juga perekonomian Indonesia.
Untuk semakin mendorong industri manufaktur, pemerintah dinilai perlu melakukan kajian dan pemetaan secara komprehensif terlebih dahulu. Pemetaan ini akan berguna bagi pemerintah untuk menentukan industri mana yang akan dijadikan andalan dalam upayanya meningkatkan ekspor dan perekonomian negara.
“Tidak perlu semua sektor, cukup beberapa saja. Nantinya, didukung dengan UMKM dan fasilitas infrastruktur yang tersedia, nilai ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat,” tutupnya.