Perlu Divisi Pengelolaan Sampah di Labuan Bajo
Asnawi Bahar, pemilik Perusahaan Jasa Perjalanan Wisata Minang Permai Tours dan Travelmato.com, menilai keberadaan sampah membuat image destinasi wisata menjadi negatif. “Rasa nyaman menjadi hilang sehingga bisa wisatawan illfeel,” ujar Asnawi.
Menurutnya, sampah Labuan Bajo berasal dari banyak tempat tergantung musim angin. Namun, keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata diharuskan bisa mengelola sampah dengan baik.
“Ekosistem dan biota laut pun akan terganggu sehingga lokasi diving di Labuan Bajo menjadi rusak dan diver menjadi tidak puas,” ujarnya.
Menurutnya, Labuan Bajo harus punya divisi pengelolaan sampah baik laut maupun darat. “Agar bisa bekerja maksimal dengan melibatkan masyarakat pariwisata juga menjadi sebuah keniscayaan karena ketergantungan mereka pada industri ini,” ujarnya.
ANTISIPASI DINI
Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah S. Thaib mengatakan pihaknya telah mengantisipasi daya dukung lokasi destinasi wisata, baik dalam pengelolaan sampah, sanitasi, maupun penyediaan air minum di Labuan Bajo. “Kami belajar dari pengalaman destinasi yang sudah ada sebelumnya,” ujarnya.
Untuk sejumlah destinasi super prioritas, menurutnya, pemerintah telah mengerjakan integrated tourism masterplan (ITMP) sehingga pihaknya bisa membuat program kerja yang lebih terstruktur, komprehensif, dan saling terpadu.
“ITMP ini untuk jangka waktu 25 tahun, tapi meskipun itu bentuknya masterplan, di dalamnya ada quick win strategy, termasuk antisipasi mengenai pengelolaan sampah, sanitasi, dan penyediaan air minum,” katanya.
Dia menyebutkan bentuk keterpaduan ITMP tersebut antara lain meningkatkan kualitas jalan dan kebutuhan pelayanan dasar, mendorong partisipasi lokal dalam perekonomian sektor pariwisata, serta meningkatkan lingkungan yang kondusif untuk investasi swasta di bidang pariwisataan.