Untung Rugi Beli Saham Vale
Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss) Budi Santoso mengatakan bahwa pemerintah tak perlu terburu-buru dalam mengambil 20% saham INCO.
Menurutnya, bisnis nikel yang dimiliki Vale yang merupakan bahan baku baterai ini tidak relevan sebagai alasan untuk divestasi.
“Kalau konsepnya integrasi vertikal antara [pemasok] bahan baku dan downstream, kenapa enggak dikaitkan dengan PT Antam [Tbk.]? Divestasi Vale Tidak terlalu menguntungkan,” tuturnya.
Berbeda dengan Budi, pengamat hukum Pertambangan Universitas Tarumanegara Ahmad Redi berpendapat dengan dilakukan divestasi saham, Pemerintah Indonesia dapat melakukan kontrol dan memperoleh keuntungan dan manfaat ekonomi yang besar.
"Secara historis memang pertambangan Kontrak Karya harus melakukan divestasi saham. Jadi, ada kendali pemerintah terhadap perusahaan. Ada manfaat dividen dan komposisi komisaris dan perpajakan yang diperoleh pemerintah," katanya.
Menurutnya, divestasi ini akan selesai sesuai dengan tenggat waktu di bulan Oktober ini. Pasalnya, divestasi ini bukan sesuatu yang tiba-tiba dan perusahaan pun sudah mengetahui kapan harus melakukan divestasi saham.
"Siap enggak siap, Oktober jatahnya divestasi. Pemerintah harus siap dan perusahaan juga harus siap. Sudah lama diketahui kapan waktu divestasi sehingga ada kesiapan dana butuh dana divestasi saham beserta alokasi pos anggaran itu," ucap Ahmad.
Dia pun menilai divestasi saham ini sangat menguntungkan bagi pemerintah Indonesia. Terlebih, Vale merupakan perusahaan tambang besar dengan komoditas yang strategis.
Masih ada dua pekan sebelum Vale secara resmi harus menawarkan sahamnya sekaligus dimulainya hitung mundur bagi pemerintah untuk menyatakan sikap. Pemerintah melalui Kementerian BUMN memang cenderung tak ingin kehilangan kesempatan untuk merengkuh 20% saham divestasi Vale tersebut.
Yang jelas, masih ada waktu untuk menimbang secara matang langkah yang perlu diambil ke depan.