Bisnis.com, JAKARTA - RAPBN 2020 sudah menjawab tantangan faktual yaitu prioritas pada pembangunan sumber daya manusia meski belum cukup dalam dalam menjamin alokasi tepat sasaran.
Ekonom dan Rektor Unika Atmajaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko menyatakan RAPBN 2020 sudah ideal dengan tantangan global dalam menghadapi resesi.
Meski demikian, dia menilai perlu ada langkah lanjutan menambah kemampuan ekonomi tumbuh lebih tinggi.
"Dalam APBN, government spending dari konsumsi domestik masih sulit karena ekspor berat dan investasi perlu didorong," kata Prasetyantoko di Cafe ala Ritus, Pasar Baru, Senin (23/9/2019).
Dia menjelaskan, investasi asing akhirnya perlu didorong mengingat investasi domestik tak mampu mendorong pencapaian asumsi makro pertumbuhan 5,3%.
Selain itu, dia juga menilai pentingnya omnibus law sebagai upaya memberi kepastian bagi investor.
Beberapa langkah lain adalah counter cycling kebijakan atau kebijakan berbalik arah angin saat menghadapi resesi global.
Dia menyatakan, pemangkasan dan sinkronisasi tidak hanya terjadi pada anggaran dan regulasi tetapj juga pada kelembagaan.
"Alokasi anggaran yang baik, regulasi yang baik, belum menentukan. Apa yang belum tentu sesuai juga ada faktor politik," jelasnya.
Dia menyatakan konsolidasi menjadi salah satu tantangan dalam menata kelembagaan dan memperbaiki ekonomi.
"Perlu membangun kelembagaan ekonomi bagaimana cara komando harus memaksimalkan itu, kita punya ruang," tuturnya.