Bisnis.com, HONG KONG - Ribuan pebisnis menghadiri pembukaan Belt and Road Summit yang diselenggarakan 11-12 September 2019.
Acara yang diselenggarakan Pemerintah Administrasi Hong Kong dan Hong Kong Trade Develpoment Council (HKTDC) ini dihadiri oleh 80 pejabat pemerintahan dan pebisnis dari Hong Kong, China dan negara-negara sepanjang jalur Belt and Road.
Mereka akan mendiskusikan tentang inisiatif terbaru dari pemerintah negara-negara tersebut serta melihat peran Hong Kong untuk memperkuat partisipasi dari negara-negara peserta.
Dalam sambutannya, Chairman KTDC Peter KN Lam mengatakan bahwa Inisiatif Belt and Road yang digagas oleh pihaknya mengalami perkembangan signifikan sejak diluncurkan pada 2013.
“Lebih dari 130 negara telah menandatangani lebih dari 180 perjanjian kerja sama dengan proyek-proyek baru seperti pembangunan rel kereta api dan jalan, pelabuhan serta pembangkit listrik yang dibangun di beragai negara di seluruh dunia,” ujarnya, Rabu (11/9/2019).
Di samping itu, lanjut dia, berbagai kesempatan baru terbuka lebih luas lagi seiring meluasnya inisiatif yang mencakup keuangan, teknologi, manufaktur, logistik, perdagangan dan sektor-sektor lainnya. Sebagai hub komerasial untuk Belt and Road, Hong Kong merupakan tempat yang ideal untuk pertukaran ide dan pengetahuan sebagaimana yang dilakukan dalam konvensi ini.
“Hong Kong juga merupakan tempat terbaik untuk mengarahkan konsep Belt and Road menjadi usaha-usaha komersial yang makin bernilai,” tambahnya.
Pada pertemuan itu, perkembangan relokasi Ibu Kota Indonesia juga turut dibahas karena dianggap sebagai pasar yang menjanjikan.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong turut hadir sebagai pembicara. Mantan Menteri Perdagangan itu akan menjelaskan mengenai kebijakan investasi di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Belt and Road adalah sebuah inisiatif untuk kerja sama yang dilakukan oleh Presiden China Xi Jinping pada 2013 yang mengacu pada sabuk ekonomi dan jalur sutra, serta jalur maritim yang pernah menjadi jalur perdagangan di masa lampau.
China menginisiasi dan memimpin dengan program investasi US$1,3 triliun untuk menciptakan jaringan infrastruktur seperti jalan, kereta api, telekomunikasi, jaringan pipa energi, dan pelabuhan yang akan meningkatkan interkonektivitas ekonomi dan memfasilitasi pembangunan di Eropa, Asia, Afrika Timur dan lebih dari 60 negara mitra.