Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dan pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan harmonisasi dalam rangka memperkuat sektor ini.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan pemerintah segera menindaklanjuti kesepakatan tersebut dengan menyesuaikan rencana kebijakan dengan kondisi pertekstilan saat ini.
“Salah satunya, kami akan membuat policy yang sesuai untuk mengamankan pasar dalam negeri dulu dan kemudian berlanjut ke penguatan ekspor,” di sela-sela Multi Stakeholder Forum bertajuk Upaya Mengoptimalkan Pemakaian Bahan Baku Dalam Negeri untuk Produk TPT Indonesia, di Pelalawan, Riau, pekan lalu.
Kemenperin, kata Sigit, juga telah memiliki nomenklatur di kementeriannya yang mengatur perihal tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk mengoptimalkan penggunaan bahan baku tekstil yang diproduksi di dalam negeri. Pihaknya dan Bank Indonesia akan mendorong peran sektor perbankan untuk mendukung penguatan industri tekstil.
Dia mengatakan serat rayon, yang potensi produksi dalam negeri kian signifikan, ke depan bisa menjadi salah satu alternatif bahan baku yang bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Adanya substitusi kepada rayon membuat struktur lebih kuat sehingga memperkuat industri tekstil kita," ujarnya.
Produksi bahan baku jenis ini pun kian besar dengan kehadiran PT Asia Pacific Rayon (APR) pada tahun ini. Direktur APR Basrie Kamba pihaknya telah memproduksi 120.000 ton serat rayon sampai Agustus 2019 atau sekitar separuh dari kapasitas pabrik terpasang yang mencapai 240.000 ton serat rayon per tahun.
APR memasarkan 55% hasil produksi itu untuk tujuan ekspor, sedangkan selebihnya diserap oleh pasar domestik.
"Untuk pabrik yang baru berproduksi pada awal tahun ini, kami sudah mampu mencapai total setengah kapasitas dan juga sudah ekspor ke 14 negara dan juga memperkuat pasar domestik," kata Basrie.
Basrie menilai pemasaran serat rayon dalam negeri sangat prospektif untuk terus berkembang dan menjadi tumpuan industri di masa depan. Hal tersebut ditunjang oleh gerakan sustainable fashion yang tengah marak dan tingginya permintaan modest fashion (busana muslim dunia).