Bisnis.com, JAKARTA – Bauran kebijakan atas policy mix dari Bank Indonesia diharapkan bisa memperbaiki optimisme konsumen dalam 6 bulan ke depan.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan masyarakat ikut terdampak dari dinamika perang dagang karena permintaan yang menurun.
Dia menilai bauran kebijakan Bank Indonesia selaku pemangku kebijakan moneter bisa menggeliatkan optimisme. Apalagi dengan dua kali pemangkasan suku bunga acuan atau BI7 Days Repo Rate, masing-masing 25 basis poin pada Juli 2019 dan Agustus 2019.
"Sejauh ini kebijakan moneter kita belum terlihat, baru dipangkas dua bulan terakhir. Kita harap setelahnya meningkat yakni kuartal IV," ujar Josua kepada Bisnis pada Kamis (5/9/2019).
Dia memerinci dua kali pemangkasan suku bunga dan pelonggaran kebijakan lain yang akan menyusul bisa mendorong transmisi mulai berjalan. Paling lambat pada awal tahun bisa menjaga konsumsi rumah tangga.
Dalam rumusan asumsi makro RAPBN 2020, Josua juga mengimbau agar dalam menjaga optimisme konsumen, pemerintah harus memastikan penyaluran dana bantuan sosial (bansos) menjadi produktif dan tepat sasaran.
Menurut Josua rumusan APBN dalam menjaga konsumsi juga harus memperhatikan dinamika perang dagang ke depan.
"Policy mix ini juga ke depan masih akan dilanjutkan, dan dari sisi pemerintah sudah lihat ada penyesuaian harga, at least daya beli dan konsumsi meningkat," ujar Josua.
Menurut Survei Konsumen Agustus 2019 dari Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi pada Agustus 2019 tetap terjaga.
Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2019 tetap berada dalam zona optimis, di atas 100, sebesar 123,1, meskipun lebih rendah dibandingkan 124,8 dari bulan sebelumnya.
Masih terjaganya optimisme konsumen ditopang oleh persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi ekonomi ke depan.
Berdasarkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 110,3 dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) sebesar 136,0.
Lebih lanjut, pada Agustus 2019 hampir seluruh kelompok tingkat pengeluaran responden mengalami penurunan level IKK, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp2,1 juta - Rp3 juta per bulan.
Sementara dari sisi usia, penurunan IKK juga terjadi pada hampir seluruh kelompok usia responden, terutama pada responden berusia 51-60 tahun.
Secara spasial, ada 10 kota pelaksana survei mengalami penurunan IKK pada Agustus 2019, sementara IKK di 8 kota lainnya meningkat dari bulan sebelumnya. Penurunan terdalam terjadi di Banten sebesar -9,3 poin, diikuti Surabaya -8,6 poin. Kota yang mengalami kenaikan IKK terbesar adalah Medan 13,5 poin.