Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah meyakini permintaan masyarakat terhadap surat berharga negara ritel akan tetap tinggi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman dalam acara peluncuran surat berharga negara ritel seri SBR008 pada Kamis (5/9/2019) di Jakarta.
Menurut Luky, kendati mengalami penurunan jumlah pemesanan pada beberapa penawaran terakhir, pemerintah tetap optimis SBR008 akan mencapai target yang dicanangkan sebesar Rp2 triliun. Ia menilai penawaran terhadap instrumen investasi ini sudah memiliki pasar yang tetap.
“Bentuk investasi ini terutama banyak dicari oleh generasi milenial yang meliputi lebih dari 50 persen dari keseluruhan investor,” ujarnya.
Luky melanjutkan, sifat investor domestik masih cukup berorientasi pada hasil. Tetapi, faktor ketepatan waktu (timing) juga berperan dalam berinvestasi.
Ia mengatakan, tiga bulan pertama dalam satu tahun merupakan waktu dimana permintaan terhadap instrumen mencapai puncaknya. Sementara, saat ini permintaan investasi sedang menurun karena adanya tahun ajaran baru yang membuat masyarakat lebih banyak melakukan pengeluaran.
Baca Juga
“Untuk season nya juga kami lihat. Contohnya, setelah pemberian THR biasanya permintaan meningkat, karena ada [THR] yang dibelanjakan, ada juga yang diinvestasikan,” jelas Luky.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, pada seri sebelumnya, SBR007 ditawarkan dengan kupon 7,5 persen meraup pemesanan Rp3,22 triliun dengan jumlah 15.023 investor.
Sementara itu, ST005 yang ditawarkan Agustus lalu justru memberikan kupon sebesar 7,4 persen yang mendapatkan dana Rp1,96 triliun.
Adapun hingga Agustus 2019, total pemesanan seluruh surat berharga negara ritel telah mencapai Rp38,3 triliun.
“Kami optimis dapat mencapai target [transaksi] Rp60 triliun hingga Rp80 triliun” tutupnya.