Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pakan Mandiri Nasional atau APMN berencana melakukan uji coba pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku sumber protein pengganti bungkil kedelai.
Ketua APMN Safruddin mengatakan uji coba pada tahun ini tersebut setidaknya dilakukan pada dua daerah berbeda, yakni Kota Palembang dan Pulau Kalimantan. Kedua daerah ini dipilih lantaran merupakan sentra penghasil karet di dalam negeri.
"[Kandungan proteinnya] tinggi, mungkin lebih tinggi dari bungkil kedelai. Kita lagi coba melakukan pengolahan mesin dengan teman-teman di ITB [Institut Teknologi Bandung]. Ini sedang dalam proses penelitian," ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Selain karena kandungan proteinnya yang tinggi, pemanfaatan biji karet ini juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan akan bungkil kedelai sebagai sumber protein pada pakan ikan. Pasalnya, pasokan bungkil kedelai untuk kebutuhan industri pakan ikan selama ini berasal dari pengadaan luar negeri atau impor.
Safruddin melanjutkan pemanfaatan biji karet ini juga diharapkan bisa menekan biaya produksi pakan ikan karena harga kedelai impor jauh di atas biji karet yang diproduksi dalam negeri.
"Kalau untuk biji karet harganya di kisaran Rp3.000 per kilogram [kg]. Untuk kedelai impor Rp8.000 per kg," katanya.
Mengutip buku statistik perkebunan Indonesia, hingga 2017, luas lahan perkebunan karet Indonesia mencapai 3,672 hektare (ha) dengan produksi mencapai 3.2 juta ton.
Adapun pada tahun ini, APMN berniat mengambil 15%-20% pangsa pasar pakan ikan dalam negeri yang diperkirakan mencapai 9,6 juta ton per tahun.
Menurut Safruddin, produksi pakan sebesar 9,6 juta ton tersebut merupakan jumlah yang diperlukan untuk mendukung target produksi perikanan budi daya di luar rumput laut sebesar 7,49 juta ton sepanjang 2019.