Bisnis.com, JAKARTA–Badan Pusat Statistik (BPS) menilai asumsi pertumbuhan ekonomi pada 2020 yang dipatok oleh pemerintah mencapai 5,3% sangat berat untuk dicapai.
Pasalnya, industri pengolahan yang memiliki kontribusi sebesar 19,52% per kuartal II/2019 terhadap PDB hanya bertumbuh 3,54% (yoy).
"Per kuartal II/2019 banyak yang perlu diperbaiki terutama industri pengolahan karena share nya 19,5% dan menyerap tenaga kerja 14% sehingga sangat berdampak," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Rabu (28/8/2019).
Dengan bobot yang besar, sektor tersebut memiliki kontribusi yang besar serta dapat menghasilkan tenaga kerja yang besar pula. Hal ini dapat mendorong konsumsi rumah tangga untuk 2020 apabila kinerjanya bisa diperbaiki.
Lebih lanjut, dengan meningkatnya daya beli maka inflasi pada 2020 pun bisa dikendalikan dengan lebih baik, apalagi dalam RAPBN 2020 inflasi diasumsikan pada angka 3,1% (yoy).
Selain itu, berharap kepada konsumsi rumah tangga sebagai penopang perekonomian jauh lebih masuk akal dibandingkan dengan berharap pada ekspor.
Suhariyanto menilai asumsi ekspor pada RAPBN 2020 yang bertumbuh 3,7% sangat susah untuk dicapai, apalagi ekspor per kuartal II/2019 terkontraksi pada angka -1,81% (yoy).
"Volume ekspor kita masih naik, Batu bara naik, sawit naik, tapi kalau harganya jatuhnya seperti itu, apa yang bisa kita perbuat," ujarnya.
Oleh karena itu, menggenjot ekspor apalagi dalam jangka pendek masih belum memungkinkan.