Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) memprediksi ekspor karet dan barang dari karet masih dalam tren menurun sampai akhir tahun ini.
Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat ekspor karet dan barang dari karet terkontraksi 6,83% secara tahunan dari US$3,84 miliar pada Januari—Juli 2018 menjadi US$3,58 miliar pada Januari-Juli 2019.
Ketua Umum APBI Azis Pane menyatakan penurunan ekspor tersebut disebabkan oleh lesunya ekonomi global akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Selain itu, penyakit gugur daun yang dialami oleh perkebunan karet jgua berkontribusi dalam penurunan pasokan bahan baku yang tertransmisikan pada penurunan ekspor.
“Kira-kira turun 5%-10% [pada akhir tahun]. Situasinya belum membaik,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (28/8/2019).
Azis berharap perang dagang dapat mereda sehingga kembali menggenjot permintaan barang dari karet di pasar global.
Adapun untuk mengantisipasi penurunan permintaan karet di pasar global, pelaku usaha mulai masuk ke pasar non-tradisional di Afrika dan negara-negara Pasifik Selatan. Namun, Azis mengatakan peningkatan volume ekspor juga akan meningkatkan volume impor pada saat yang bersamaan.
Pasalnya, sebagian besar bahan baku barang dari karet belum bisa didapatkan dari pasar lokal. Oleh karena itu, Azis berharap agar para pelaku industri hulu mau meningkatkan kapasitas produksi secara signifikan.
Menurutnya, satu-satunya komponen bahan baku yang seluruhnya dipasok dari pasar lokal adalah karet alam dan asam stearic. Adapun sekitar 68% carbon black masih bergantung kepada impor.