Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2020 dapat berdampak pada pengurangan PNBP hingga pelebaran defisit transaksi berjalan.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, turunnya target pemasukan kas negara dari laba BUMN akan berdampak negatif bila pos PNBP lain seperti sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) turut merosot.
“Bagaimanapun, efeknya akan terakumulasikan dengan sumber-sumber PNBP lain. Bila harga SDA tidak stabil dan turun, PNBP juga akan semakin rendah,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (20/8/2019) malam.
Faisal menjelaskan, kombinasi menurunnya target setoran dividen BUMN dengan kebijakan belanja negara yang ekspansif juga dapat mengakibatkan naiknya defisit transaksi berjalan hingga lebih dari 2 persen.
Dia melanjutkan, merosotnya target penerimaan juga berarti negara telah melihat tingkat kesehatan masing-masing BUMN.Pemerintah memperhitungkan kemampuan pendanaan perusahaan dengan rasio-rasio seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Capital Adequacy Ratio (CAR).
“Pemerintah juga mempertimbangkan beban-beban yang ditugaskan pada BUMN. Contohnya PT Pertamina [Persero] yang bertanggung jawab untuk subsidi BBM,” terangnya.
Sebelumnya, pemerintah mencanangkan target PNBP dari keuntungan BUMN pada 2020 senilai Rp48 triliun. Jumlah itu turun 39,8 persen dibandingkan dengan outlook 2019 yang diproyeksikan mencapai Rp79,7 triliun.
Data Kementerian Keuangan dalam Nota Keuangan & RAPBN 2020, PNBP dari laba BUMN tersebut rencananya disumbang dari laba BUMN perbankan senilai Rp20,7 triliun dan BUMN non perbankan senilai Rp27,2 triliun.