Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan jumlah penduduk yang diiringi dengan meningkatnya daya beli diperkirakan akan mendorong konsumsi protein hewani, khususnya telur ayam.
Country Director Cargill Indonesia Ivan Hindarko mengemukakan kondisi ini turut mendukung perkembangan bisnis pakan ternak dengan segmen ayam petelur.
“Konsumsi protein sendiri akan meningkat seiring kenaikan pendapatan. Protein hewani yang paling terjangkau kan telur. Dan ini didukung pula dengan perekonomian Indonesia yang stabil. Seiring pertumbuhan konsumsi tersebut, kebutuhan akan pakan juga meningkat,” kata Ivan usai peluncuran pakan ayam seri platinum Q-Max di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Cargill Indonesia sendiri memperkirakan kebutuhan telur nasional akan mencapai 2,5 juta ton pada 2025 dengan konsumsi per kapita per tahun mencapai 9 kilogram. Angka ini tumbuh 4,7 persen dibanding tingkat konsumsi pada 2017 yang berjumlah 1,78 juta ton.
Meski prospek bisnis pakan ternak cenderung menunjukkan prospek positif, Ivan menggarisbawahi sejumlah kendala yang dihadapi peternak. Harga pakan yang kerap berfluktuasi mendorong para pelaku usaha hulu untuk efisien dari segi biaya produksi.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Peternak Layer Nasional (PLN) Musbar Maesdi mengungkapkan sejauh ini harga pakan jadi cenderung stabil dengan kisaran harga Rp5.000-Rp5.200/kg, namun ia memberi lampu kuning untuk harga pakan konsentrat dengan tambahan jagung.
“Ada tren naik untuk yang jagung, tapi bisa cukup stabil karena ada cadangan di Bulog,” kata Musbar saat dihubungi Bisnis.