Deru mesin diesel terdengar jelas dari dalam ruang pembangkit. Suaranya memekik. Mendominasi bunyi di seisi ruang seluas satu hektar persegi itu.
Di tengah kebisingan, Jufriadi tekun memperhatikan tiap sisi mesin. Matanya terus tertuju pada salah satu mesin di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) itu. Beberapa kali, dia sempat mengutak-atik bagian tertentu.
Jufriadi merupakan Supervisor Operasi di PLTD Lueng Bata, Banda Aceh, Provinsi Aceh. Pekerjaan ini cukup spesial menurutnya. Apalagi mesin yang ditangani merupakan pembangkit tertua di Provinsi Serambi Makkah itu.
Pembangkit ini terletak di pinggiran kota Banda Aceh atau sekitar 4,2 kilometer dari Masjid Raya Baiturrahman, ikon provinsi ini. Letaknya cukup strategis di lintasan jalan nasional Banda Aceh - Medan.
Tiap pendatang dari wilayah Utara Aceh menuju Ibukota provinsi, pasti melewati unit pembangkit ini. Jika jeli, maka siapapun dapat melihatnya di sisi kanan jalan. Atau hanya berkisar ratusan meter dari gapura Selamat Datang di Kota Banda Aceh.
Objek vital ini tergolong aman dari kerusakan. Termasuk saat gempa dan tsunami 26 Desember 2004 silam. Terjangan ombak dan lumpur beracun tak sampai ke Lueng Bata.
"Malah PLTD ini sempat menjadi posko pengungsian bagi warga saat tsunami terjadi," katanya saat berbincang bersama Bisnis belum lama ini.
Foto : Rayful Mudassir
Di lain sisi, mesin pembangkit ini tergolong spesial dari usianya. Dibandingkan dengan pembangkit lain, PLTD Lueng Bata sudah beroperasi sejak 1981. Usia 38 tahun ini menjadikannya sebagai pembangkit tertua di Tanoh Rencong.
Dulunya, pembangkit ini sempat mengalami masa keemasan. Selama 27 tahun PLTD tersebut beroperasi tanpa henti. Namun sejak 2008, masanya usai.
Pada tahun itu, PLN mulai mengoperasikan Gardu Induk 150 kV yang terhubung dengan sistem interkoneksi dengan Sumatra Bagian Utara. Secara bertahap, sistem ini mampu memasok daya ke Banda Aceh dari 60 MW hingga 160 MW.
"Belakangan ini mesin lebih sering standby. Dayanya dapat memenuhi seperempat kebutuhan daya di Banda Aceh," katanya.
Dengan masuknya sistem interkoneksi 150 kV ke Banda Aceh, kini daya mampu di Aceh bertambah menjadi 233 MW. Pasokan ini cukup untuk memikul kebutuhan masyarakat yang hanya 150 MW.
PLTD Lueng Bata memiliki 13 unit mesin pembangkit, 6 diantaranya sedang dalam perbaikan. Sisanya 7 mesin masih beroperasi sebagai cadangan pasok di Kota Banda Aceh.
Peran PLTD Lueng Bata ikut berganti menjadi pembangkit back up atau cadangan. Bila diperlukan, baru kemudian mesin ini beroperasi. Sisanya, pembangkit ini hanya menjalani perawatan harian dan waktu tertentu.
Selama operasinya, mesin diesel ini banyak menelan bahan bakar solar. Perhitungannya memang tidak merata. Namun penggunaan B20 membutuhkan setidaknya 60 ton atau 60.000 liter solar untuk penggunaan mulai sore hingga pukul 22.00 WIB.
Di usia senjanya, PLTD ini masih berjaga memasok listrik saat dibutuhkan. Selebihnya pembangkit ini hanya bersantai, menikmati hari-hari tuanya.