Bisnis.com, JAKARTA -- Bandara International Banyuwangi menjadi salah satu bandara hemat energi di dunia dengan konsumsi listrik sangat rendah.
Konsumsi listrik yang hemat telah mengurangi biaya operasional bandara secara signifikan dibandingkan dengan bandara-bandara lain yang sejenis yang tidak menerapkan prinsip bangunan hijau hemat energi.
Manager Operasional dan Teknik Bandara Internasional Banyuwangi Suparman menyebutkan biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian listik hanya sekitar Rp70 juta per bulan.
"Padahal, untuk bandara sejenis bisa menelan hampir 10 kali lipat," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Kemenko Maritim, Jumat (9/8/2019).
Asisten III Bidang Administrasi Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi, Mujiono, mengatakan bahwa daerah lain dapat membangun bandara hijau dengan memperhatikan desain pembangunan sesuai dengan kebutuhan, disiplin pada tata ruang dan optimalisasi pembangunan, serta koordinasi yang baik dengan pemerintah pusat serta dengan masyarakat.
Pemkab Banyuwangi berencana membangun tambahan landasan pacu dari panjang 2.250 m dan lebar 45 m menjadi panjang 2.500 m dan lebar 45 m. Pemkab dan manajemen bandara bahkan merencanakan penambahan rute baru, seperti Bali–Banyuwangi, Yogyakarta–Banyuwangi, Bandung–Banyuwangi, dan Banjarmasin–Banyuwangi.
Perpanjangan runway dan penambahan rute dari dan ke Bandara Internasional Banyuwangi diharapkan berdampak pada sektor pariwisata dan peningkatan ekonomi daerah.
“Banyuwangi sudah masuk ke level internasional. Banyuwangi kian setara dengan Pulau Dewata. Memang tidak kita mungkiri pengembangan pariwisata paling cepat dan paling menyentuh langsung masyarakat," ujar Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Maritim Agung Kuswandono.