Bisnis.com, JAKARTA Percepatan produksi proyek-proyek hulu migas bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi primer ke depan.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani Abdurrahman mengatakan percepatan produksi juga akan menahan pelebaran defisit neraca migas, mengingat hingga saat ini, relatif belum ada lagi ditemukan penemuan cadangan besar (giant discovery) untuk minyak bumi.
Menurutnya, SKK Migas saat ini sedang berupaya mencapai produksi nasional sebanyak 1 juta barrel oil per day (BOPD) dalam enam tahun mendatang.
"Sekarang yang kita lakukan adalah mempercepat onstream production. Dari sisi produksi dapat mengandalkan enhanced oil recovery [EOR] dan work over. Kalau kita do nothing, nanti tidak bisa dapat apa-apa," tutur Fatar, Kamis (8/8/2019).
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang ditetapkan Pemerintah pada 2017, kontribusi migas untuk energi primer pada 2025 masih relatif tinggi. Bauran energi primer dari fosil sebesar 47 persen dari migas, yaitu terdiri dari 25 persen untuk minyak dan 22 persen untuk gas bumi.
Dalam konteks mengoptimalkan produksi minyak bumi, terdapat hal yang mengejutkan karena perkiraan produksi minyak bumi berdasarkan RUEN berbeda cukup signifikan dengan realisasi terkini.
Baca Juga
Berdasarkan RUEN, produksi minyak bumi pada 2019 diperkirakan berada di bawah 600.000 BOPD. Sementara data SKK Migas menunjukkan produksi minyak saat ini masih berada pada angka 759.000 bopd per Juni 2019.
Dari sisi konsumsi, SKK Migas merekomendasikan adanya upaya konversi dari gas menjadi listrik untuk mengurangi impor minyak ataupun BBM ke depannya. Dengan begitu, banyaknya temuan cadangan gas dapat dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan domestik.