Masih Bertumpu pada Industri Manufaktur
Dalam mendukung tersedianya tenaga kerja untuk dunia usaha, Pemprov Jateng menyediakan fasilitas pendidikan dan pelatihan SDM. Ada 274 universitas dengan total kelulusan sekitar 103.000 orang per tahun dan 1.189 SMK dengan lulusan 150.000 siswa per tahun.
Ada pula Balai Latihan Kerja dengan lulusan sekitar 1.200 orang per tahun. Selain itu, pemerintah bakal mendirikan SMK yang berkolaborasi dengan Jerman.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Jawa Tengah Soekowardojo juga mengusulkan adanya pengembangan kawasan industri agar ekonomi Jateng kian melaju.
Dua industri yang dapat didorong implementasinya adalah manufaktur baja dan kimia. Baja merupakan mother of industry atau backbone, karena hampir seluruh industri membutuhkan baja.
“Industri baja sangat penting keberadaannya untuk menunjang industri lain,” tuturnya.
Adapun, sektor kimia berperan mendukung kebutuhan bahan baku industri tekstil, yang masih membutuhkan impor dalam jumlah besar. Apalagi industri tekstil sebelumnya sudah bertumbuh pesat di Jateng.
Di sisi lain, pemda juga dapat mengembangkan industri turisme, karena potensinya yang sangat besar. Seperti diketahui Jateng memiliki sejumlah destinasi wisata alam, budaya, agama, dan kota unggulan.
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah Sinung Nugroho Rachmadi menuturkan, Candi Borobudur, sabagai salah satu program “Bali Baru” menjadi magnet kuat pariwisata di Jateng.
Selain itu, Pemrov bersama pelaku usaha dan masyarakat turut mengembangkan destinasi wisata alternatif, seperti desa wisata.
“Jadi, kami menyediakan paket-paket wisata. Magnetnya Borobudur, tetapi wisatawan punya alternatif wisata lain setelah dari Borobudur,” imbuhnya.
Tak main-main, pengembangan sektor pariwisata menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara hingga 1,2 juta orang dan wisatawan domestik 56 juta orang per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel