Bisnis.com, JAKARTA — Grup Kresna mengincar pertumbuhan pendapatan asuransi 5—10 kali lipat dari kolaborasi dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kadin Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan dengan World Logistics Council (WLC).
Michael Steven, Presiden Direktur PT Kresna Graha Investama Tbk. (KREN), menuturkan pihaknya berharap kolaborasi antara PT Bukalapak, Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, dan World Logistics Council (WCL) ini memperbesar potensi bisnis perusahaan dalam bidang digital.
"Kami liat potensi penambahan premi lima sampai 10 kali lipat," kata Michael di Kantor Wakil Presiden di Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Menurut Michael potensi bisnis ini baru akan dapat direalisasikan setelah para mitra yakni WCL, Kadin dan Bukalapak merealisasikan model bisnisnya.
"Semoga 2021 [mulai premi masuk]," katanya.
Michael menyebutkan pemberdayaan UKM Indonesia dan mitra dagang mereka melalui inisiatif ekonomi digital. Melalui bisnis asuransi dan digital Kresna pihaknya akan berfokus pada sisi nelayan dan petani yang menjual produk mereka melalui kolaborasi ini.
“Ekosistem ini memberikan transparansi dan visibilitas bisnis real-time yang lebih besar yang mengurangi risiko penjaminan emisi, transaksi, dan pemulihan aset."
Yugi Prayanto, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan menyebutkan kolaborasi dengan World Logistics Council ini akan mendukung program Kadin Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan untuk mendigitalisasi supply chain perikanan Indonesia.
"Dengan adanya MoU ini maka dapat dilakukan digitalisasi perikanan sehingga menjadi lebih fresh dan bisa diangkut dari remote area," katanya.
Kerja sama ini akan mencakup pembeli, penjual, operator, bea cukai, bank, asuransi, penyedia layanan perdagangan dan logistik, yaitu setiap orang yang berpartisipasi dalam proses pengiriman dan fasilitasi perdagangan dari rak ke rak.
Setelah pengerjaan BTL selesai, para peserta akan bersama-sama mengadakan acara showcase di seluruh wilayah untuk menyebarluaskan manfaat layanan Platform Ekonomi Digital kepada para peserta ekonomi riil, khususnya UKM.
Dari pengumpulan hampir di 60.000 titik data yang mencakup semua zona ekonomi Indonesia di 19 klaster industri melalui wawancara tatap muka dari perusahaan kecil dan menengah, secara mengejutkan, hasilnya: 94% responden tidak memiliki sistem terintegrasi, 89% dari yang didefinisikan secara umum berharap digital tools yang dimiliki oleh Platform Ekonomi Digital untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik di level dasar.