Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor alas kaki sepanjang paruh pertama tahun ini tercatat mengalami kontraksi. Menurut Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) pengiriman produk dari Banten, yang merupakan wilayah utama produksi alas kaki, tercatat menurun.
Badan Pusat Statistik merilis pada periode Januari—Juni 2019, ekspor alas kaki senilai US$2,2 miliar atau turun 12,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai US$2,5 miliar.
Budiarto Tjandra, Ketua Pengembangan Sport Shoes & Hubungan Luar Negeri Aprisindo, mengatakan analisa dari asosiasi, penurunan nilai ekspor tersebut terlihat dari nilai pengiriman alas kaki melalui pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Produk-produk alas kaki dari Banten dikirim ke pasar global melalui pelabuhan utama ini.
“Ekspor ke Eropa turun dan jika dibandingkan dengan tahun lalu, industri di Banten mengalami penurunan,” ujarnya, Rabu (24/7/2019).
Dari data yang dihimpun asosiasi, ekspor sepatu yang melalui Tanjung Priok selama semester I tahun ini senilai US$1,55 miliar, turun senilai US$652,07 juta atau 29,59% secara tahunan. Pengiriman melalui pelabuhan ini senantiasa mencatatkan nilai terbesar dibandingkan pelabuhan lainnya.
Sementara itu, pengiriman alas kaki dari wilayah Jawa Tengah mengalami peningkatan sebesar 26,35% dari US$120,8 juta menjadi US$164,03 juta secara tahunan. Asosiasi pun saat ini sedang menganalisis mengapa terjadi penurunan ekspor di wilayah Banten.
Perkiraan sementara, penurunan ini berhubungan dengan upah tenaga kerja di Banten yang tinggi sehingga memengaruhi daya saing. Pasalnya, Jateng yang mengalami peningkatan ekspor, memiliki upah tenaga kerja yang lebih bersaing.
“Ada juga identifikasi penurunan ekspor dari Banten karena ada merek yang cabut dari Indonesia, Under Armour. Kenaikan di Jawa Tengah belum mampu mengimbangi penurunan dari Banten,” kata Budi.