Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Ekspor Buruk, Pemerintah Mulai Realistis dengan Target 2019

Pemerintah membuka peluang untuk merevisi target pertumbuhan ekspor nonmigasnya, lantaran capaian hingga semester I/2019 masih jauh di bawah target.
Ilustrasi - Kapal MV Navios Verde/Bisnis-Andrew Mackinnon-marinetraffic.com
Ilustrasi - Kapal MV Navios Verde/Bisnis-Andrew Mackinnon-marinetraffic.com

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah membuka peluang untuk merevisi target pertumbuhan ekspor nonmigasnya, lantaran capaian hingga semester I/2019 masih jauh di bawah target.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih mengatakan, pemerintah akan mengkaji potensi pertumbuhan ekspor  nonmigasnya pada sisa tahun ini.

Hal itu dilakukan setelah sepanjang semester I/2019, kinerja ekspor nonmigas membukukan penurunan yang cukup dalam dibandingkan dengan tahun lalu.

“Setiap target memiliki kemungkinan untuk direvisi berdasarkan realitas yang terjadi saat ini. Namun kami berusaha menjaga optimisme publik, supaya kinerja ekspor nonmigas tetap memiliki peluang untuk terus membaik hingga akhir tahun,” jelasnya kepada Bisnis.com, Minggu (21/7/2019).

Namun demikian, dia tidak menyebutkan berapa kisaran revisi target ekspor nonmigas tahun ini. Adapun sebelumnya, pada April, 2019,  Kementerian Perdagangan menargetkan, pertumbuhan ekspor nonmigas pada tahun ini mencapai 8% menjadi sebesar US$175,8 miliar secara year on year (yoy).

Target pertumbuhan ekspor nonmigas tersebut naik dari yang dipatok Kemendag sebelumnya pada Februari 2019, yakni tumbuh 7,5% atau menjadi U$175 miliar secara tahunan.

Karyanto mengatakan, sejumlah upaya akan ditempuh Kemendag untuk menjaga agar ekspor nonmigas tetap tumbuh atau berada pada level positif pada tahun ini.

Beberapa upaya itu, lanjutnya, dilakukan dengan memastikan agar produk andalan ekspor Indonesia seperti minyak kelapa sawit mentah dan produk turunannya ke India diturunkan bea masuknya.

Di sisi lain, dia memproyeksikan, CPO akan mengalami peningkatan ekspor ke China, guna menggantikan posisi minyak kedelai di negara itu.

Untuk, itu pemerintah sedang berupaya melobi Negeri Panda untuk menambah permintaan atas komoditas itu pada tahun ini.

Selanjutnya, upaya lain menurutnya, dilakukan dengan memastikan Indonesia akan terus mendapatkan fasilitas generalized system of preferences (GSP) dari AS, dan mempercepat penyelesaian hambatan dagang berupa trade remedies di beberapa negara tujuan ekspor RI. Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor nonmigas pada Januari-Juni 2019 terkoreksi 6,54% secara tahunan menjadi US$74,21 miliar.

Komoditas yang menyumbang persentase penurunan nilai eksporterbesar adalah lemak dan minyak hewan/nabati yang turun 18,13% secara tahunan menjadi US$8,08 miliar. Posisi kedua adalah alas kaki, yang turun 12,17% secara tahunan menjadi US$2,19 miliar.

Sementara itu, komoditas lain yang mengalami penurunan nilai ekspor sepanjang semester I/2019 adalah bahan bakar mineral, mesin/peralatan listrik, karet dan barang dari karet, serta mesin/peralatan mekanik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper