Bisnis.com, JAKARTA -- Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia memperkirakan bahwa defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) pada kuartal II/2019 akan memburuk dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Perkiraan tersebut sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia.
Laporan LPEM FEB UI menyimpulkan bahwa dari sisi eksternal, perlambatan ekonomi dunia masih berlanjut. PDB negara maju secara konsisten menunjukkan tren penurunan tingkat pertumbuhan, setidaknya sampai 2020.
Negara berkembang besar seperti Tiongkok dan India pun tidak menunjukkan adanya pertumbuhan. Hal ini terus menjadi tantangan bagi posisi eksternal Indonesia.
"Kami memproyeksikan defisit neraca berjalan [CAD] pada kuartal II/2019 akan memburuk dibandingkan kuartal sebelumnya," tulis laporan tersebut yang Bisnis.com kutip Kamis (18/7/2019).
Menurut LPEM FEB UI, perbaikan CAD pada 2019 akan tetap menjadi tantangan. Oleh karena itu, kebijakan struktural yang telah diterapkan oleh pemerintah Indonesia saat ini perlu diperkuat lebih lanjut.
Di pihak lain, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, secara umum kinerja neraca pembayaran Indonesia kuartal II/2019 diprakirakan tetap terjaga sehingga menopang stabilitas eksternal Indonesia.
Baca Juga
Menurutnya, perkembangan ini ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya.
Namun demikian, defisit transaksi berjalan diprakirakan melebar dipengaruhi kinerja ekspor barang dan jasa yang menurun.
Selain itu, perilaku musiman terkait peningkatan kebutuhan repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.
Bank Indonesia sebelumnya melaporkan bahwa defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal I/2019 membaik menjadi 2,6% dari PDB atau US$7 miliar dari 3,6% dari PDB pada kuartal IV/2018.