Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku usaha dari sejumlah sektor industri mengeluhkan akses menuju Pelabuhan Tanjung Priok yang kerap macet sehingga menghambat kegiatan rantai pasok.
Berdasarkan keluhan yang dihimpun oleh Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), industri elektronik menyampaikan kondisi akses jalan dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok yang selalu macet berjam-jam akibat penyempitan di ruas jalan masuk tol Jakarta-Cikampek (gate Cikunir-Jakarta Cikampek) dan ruas akses masuk kawasan industri.
Kongesti juga terjadi dalam pelabuhan dan depo kontainer, khususnya pada akhir pekan, karena kepadatan jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal sepanjang Kamis, Jumat, dan Sabtu.
"Tidak terkoneksinya jalan lintas kawasan industri membuat kendaraan bertumpu pada jalan tol walaupun untuk lintas pengangkutan jarak dekat atau antarkawasan industri. Banyak juga warga kawasan perumahan yang menggunakan jalan kawasan industri menuju gerbang tol Jakarta-Cikampek," kata Ketua Umum ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi berdasarkan masukan yang disampaikan industri elektronik, Selasa (9/7/2019).
Selain itu, sistem clearance, baik pre, custom, maupun post clearance, tidak stabil dan seringkali down atau off sehingga menghambat proses pemasukan dan pengeluaran kontainer ke dan dari pelabuhan.
Kemudian, kapasitas muat kapal dan layanan mother vessel terbatas sehingga menghambat eksportir yang ingin memuat lot kontainer yang banyak tidak dapat dilakukan dalam satu kapal. Muatan harus dibagi ke beberapa kapal yang slot-nya tersedia untuk tujuan tertentu.
Baca Juga
Industri elektronik berharap Pelabuhan Patimban segera direalisasikan sehingga dapat menjadi alternatif bagi industri yang berlokasi di Cikarang dan sekitarnya. Bahkan, Patimban dapat menjadi pelabuhan utama bagi industri manufaktur di wilayah Bekasi-Karawang-Purwakarta (Bekapur), Bandung dan sekitarnya, Cirebon, dan sepanjang jalan pantura.
"Pelaku industri tidak bisa membuat rencana cadangan [contingency plan] yang baik dan efektif untuk mendorong peningkatan volume ekspor dan daya saing harga produk ekspor selama masih bergantung pada pelabuhan utama Tanjung Priok."
Industri alas kaki juga menyampaikan kondisi serupa tentang akses menuju Tanjung Priok yang membuat peti kemas terlambat masuk ke pelabuhan. Akibatnya, pelaku usaha terbebani biaya tambahan closing time dan biaya tambahan dari trucking.
Di samping itu, kegiatan impor sering terhambat oleh server Ceisa yang sering down saat proses clearance. Akibatnya, kontainer tertahan di pelabuhan dan membuat produksi terhenti. Dampak berikutnya, jadwal ekspor mundur dan eksportir terkena penalti dan biaya tambahan storage.
"Prioritas yang harus dibenahi segera adalah dua hal di atas, yaitu kemacetan dan sering down atau matinya server Ceisa. Ini masalah krusial yang jika dibiarkan berulang-ulang, akan menjadi bom waktu yang berdampak pada ekspor nasional."
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (8/7/2019), meminta jajarannya memberikan insentif-insentif agar pelaku usaha dapat meningkatkan ekspor.