Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan kebutuhan produk plastik dengan pertumbuhan investasi dalam negeri dinilai belum selaras. Indonesia masih perlu tambahan investasi yang cukup besar ke depan untuk mensubtitusi bahan baku yang selama ini diimpor.
Fajar Budiyono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), mengatakan apabila industri plastik tumbuh di atas 5,2% setiap tahun, maka investasi yang ada saat ini dipandang sulit mensubtitusi impor sebesar 50% dalam jangka waktu 5 tahun mendatang.
"Investasi saat ini kan ada Chandra Asri, Lotte Chemical, dan Polytama sedikit. Nah, ini kan penambahannya kira-kira hanya 1,5 juta ton per tahun. Kalau konsumsi naik sekitar 5,5%, kebutuhannya lebih besar dari itu," ujarnya di Jakarta, Selasa (9/7/2019).
Pada tahun lalu, berdasarkan data Inaplas industri dalam negeri disebutkan baru dapat memenuhi sebesar 2,53 juta ton dari kebutuhan sekitar 5,83 juta ton. Sisanya sebesar 2,15 juta ton dari impor dan 1,15 juta ton recycle.
Oleh karena itu, untuk mengejar gap produksi dan kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih membutuhkan investasi yang lebih banyak. Menurutnya, kendala yang dihadapi adalah pembangunan pabrik petrokimia yang cukup memakan waktu, sedangkan kebutuhan dalam negeri terus bertumbuh setiap tahun.
Pemerintah sendiri dinilai telah memberikan dukungan terhadap investasi di industri petrokimia seperti insentif perpajakan dan kemudahan lainnya.