Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tugas Berat Bulog Amankan Stok Beras Semester II/2019

Hingga akhir tahun ini, Perum Bulog (Persero) ditugaskan dapat mengamankan stok cadangan beras pemerintah (CBP) setidaknya di level 1 juta—1,5 juta. Namun, sanggupkan Badan Urusan Logistik mengemban mandate tersebut?
Pekerja mengangkut stok beras Bulog untuk didistribusikan ke pasar-pasar di Gudang Sub-Divre Bulog Serang, di Serang, Banten, Jumat (10/5/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman
Pekerja mengangkut stok beras Bulog untuk didistribusikan ke pasar-pasar di Gudang Sub-Divre Bulog Serang, di Serang, Banten, Jumat (10/5/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA — Hingga akhir tahun ini, Perum Bulog (Persero) ditugaskan dapat mengamankan stok cadangan beras pemerintah (CBP) setidaknya di level 1 juta—1,5 juta. Namun, sanggupkan Badan Urusan Logistik mengemban mandate tersebut?

Untuk dapat mencapai target tersebut, Bulog harus kerja ekstra keras guna memaksimalkan serapan beras dari produksi lokal pada semester II/2019.

 Pengamat pangan dari Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Husein Sawit dari mengatakan, Bulog saat ini memiliki jalur penyaluran berasnya yang terbuka lebar, pascapemerintah memperbolehkan perusahaan pelat merah tersebut menyalurkan 100% beras untuk program bantuan pangan nontunai (BPNT). Dalam hal ini Bulog diberikan jatah menyalurkan 750.000 ton berasnya untuk program BPNT.

Di sisi lain, Bulog juga diberikan kewenangan untuk melakukan operasi pasar dengan jumlah yang besar, yakni 1,48 juta ton pada tahun ini. Alhasil, Bulog tak perlu lagi khawatir stok CBP yang mencapai 2,4 juta ton pada tahun ini sulit tersalurkan. 

“Namun, yang harus menjadi catatan adalah, bisa tidak Bulog nanti melakukan penyerapan maksimal di tengah kondisi alam semester II/2019 yang diperkirakan mengalami kemarau kering. Bisa jadi panen petani terganggu, sehingga harga gabah naik tajam," jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (9/7/2019).

Naiknya harga gabah tersebut, lanjutnya, akan membuat keleluasaan penyerapan yang dilakukan oleh Bulog terganggu. Terlebih, harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) masih belum kunjung direvisi oleh pemerintah. 

Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No.5/2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah pemerintah menetapkan HPP GKP Rp3.700/kilogram (kg) di tingkat petani dan Rp4.600/kg di tingkat penggilingan.

Sementara itu, pada masa puncak panen raya tahun ini pada  April dan Mei 2019, harga GKP di tingkat petani masing-masing periode sudah menembus Rp4.357/kg dan Rp4.356/kg. 

“Pada akhir tahun Bulog harus menjaga stok CBP di level aman yakni 1 juta ton -1,5 juta ton. Bisa tidak Bulog mencapai target itu jika potensi penyaluran beras dari BPNT mencapai 750.000 ton dan operasi pasar 1,48 juta ton dengan stok saat ini mencapai 2,4 juta ton?” tegasnya.

Untuk itu, dia meminta agar pemerintah turut meringankan beban Bulog dan membantu petani pada musim kemarau nanti dengan merevisi ketentuan mengenai HPP. Tanpa adanya revisi mengenai kebijakan tersebut, upaya stabilisasi harga beras oleh pemerintah di tingkat produsen akan terganggu.

Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perppadi) Sutarto Alimoeso mengaku tidak yakin Bulog dapat menyalurkan berasnya melalui operasi pasar sebanyak 1,48 juta ton atau sesuai target. Pasalnya, jumlah tersebut terlampau besar dan secara historis, penyaluran beras melalui operasi pasar maksimal hanya mencapai 500.000 ton tiap tahunnya.

“Namun dengan potensi banyaknya gagal panen di beberapa daerah pada semester II/2019, saya melihat beras yang harus digelontorkan Bulog ke pasar meningkat dari tahun lalu, karena pasokan dari petani berpeluang turun tajam,” jelas mantan Dirut Bulog itu.

Di sisi lain, menurutnya, ketika Bulog mampu melepas stok berasnya dengan leluasa, hambatan akan dialami perusahaan tersebut ketika melakukan penyerapan beras setara gabah di petani.

Pasalnya, ketika gangguan panen melanda, produksi beras petani akan turun. Hal itu akan membuat produksi gabah petani diperebutkan oleh banyak penggilingan lokal. 

“Penggilingan atau pengusaha beras swasta akan lebih mudah mendapatkan pasokan petani, karena mereka mau membeli dengan harga mahal. Sementara itu, Bulog masih dibatasi oleh HPP GKP yang rendah, walaupun pemerintah sudah menyiapkan skema penggantian selisih harga pembelian di petani untuk operasi pasar,” katanya.

Di tempat terpisah, Direktur Utama Bulog Budi Waseso kemarin mengatakan, meyakini penyerapan beras atau gabah di petani masih dapat dilakukan secara maksimal oleh Bulog. Menurutnya, dengan adanya kepastian penyaluran stok beras milik Bulog, perusahaan pelat merah itu akan lebih leluasa untuk melakukan penyerapan.

“Hitung-hitungan kami, sampai akhir tahun stok akhir mencapai 1,3 juta ton. Aman dan sesuai dengan target stok CBP yang diberikan pemerintah sebesar 1 juta ton-1,5 juta ton. Memang ada potensi gangguan panen sehingga pasokan berkurang, namun kami siap membeli beras petani berapapun,” katanya, Senin (8/7/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper