Bisnis.com, JAKARTA – Perang dagang antara Amerika Serikat dan China terus menekan perekonomian global, salah satunya Indonesia. Hal ini kemudian juga berpengaruh pada pertumbuhan sektor properti.
Direktur dan Kepala Riset Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan, latar belakang ekonomi dengan kondisi pasar properti tidah bisa dipisahkan karena pergerakan bisnis tidak bisa lepas dari perkembangan ekonomi.
“Sekarang perekonomian masih dibayangi trade war yang dampaknya besar bagi perekonomian dunia. Itu kelihatannya belum akan mereda. Selain perang dagang, recovery yang masih lambat, pasar diyang negara berkembang masih mengalami pertumbuhan investasi properti yang belum terlalu tinggi,” paparnya baru-baru ini.
Adanya pertemuan negara anggota G20 dalam waktu dekat, yang sentimennya diprediksi cukup positif, ucapnya, bisa memengaruhi perekonomian global, termasuk pasar properti.
“Menjelang pertemuan G20 antara pimpinan-pimpinan AS dan China itu nadanya positif. Kalau misalnya nanti pembahasan di pertemuan G20 itu positif, bukan tidak muingkin di semester II/2019 atmosfirnya membaik, bukan makin meruncing dan tentunya akan berpengaruh pada bisnis termasuk sektor properti,” jelasnya.
Anton cukup optimistis bahwa ekonomi Indonesia tidak akan lebih buruk dari tahun lalu, terlebih setelah ada pembangunan infrastruktur dan kebijakan ekonomi yang sudah diguyurkan. Ditambah,
jika nanti pengumuman hasil pemilu berjalan sukses, damai, lancar, dan tidak ada lagi demo. “Ini akan jadi salah satu momen yang baik bagi bisnis di Indonesia, termasuk sektor properti,” lanjutnya.
Akibat kondisi global yang hingga saat ini masih belum tuntas, ditambah dengan masalah Pemilu, dalam jangka pendek membuat pertumbuhan ekonomi tertahan. Savills memproyeksikan pertumbuhan 2019-2020 hanya di 5,2%.
“Kalau skenarionya [G20 dan politik ekonomi Indonesia] ini berlangsung positif, kami cukup yakin properti bisa rebound cukup kencang di tahun2 ke depan.”