Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN (Persero) optimistis biaya pokok penyediaan (BPP) listrik pembangkit listrik tenaga uap baru akan berada di bawah US$5 sen sehingga menurunkan biaya produksi dan menurunkan tarif listrik.
Direktur Bisnis Regional PLN Jawa Bagian Barat Haryanto WS mencontohkan, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 7 Unit 1 berkapasitas 1.000 MW yang akan beroperasi pada Oktober 2019 akan memiliki nilai biaya pokok penyediaan (BPP) senilai US$4,2 sen.
Nilai ini dinilai lebih rendah dibandingkan dengan PLTU lainnya yang sudah beroperasi saat ini dengan BPP senilai US$6 sen.
Menurutnya, pembangkit baru yang saat ini akan beroperasi memang memiliki nilai BPP rendah dibandingkan dengan pendahulunya dengan kisaran US$5 sen. "Dengan beroperasinya PLTU baru, biaya produksi akan semakin turun," katanya, belum lama ini.
Menurut Haryanto, PLN berupaya melakukan efisiensi produksi listrik melalui pengoperasian PLTU. Selain, dengan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) sebagai energi pembangkutan.
Dia meyakini, selain dengan efisiensi tersebut, biaya produksi akan semakin turun apabila juga didukung dengan kurs maupun Indonesia Crude Price (ICP) yang semakin membaik
Selain itu, untuk menurunkan biaya produksi, PLN juga meminta perpanjangan price cap yakni harga batu bara acuan khusus senilai US$70 per ton untuk pembangkitan. "Kami akan minta perpanjang, sejauh ini terus dibicarakan," katanya.