Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Subsidi Solar Tahun Ini Diperkirakan Membengkak

Pemerintah memperkirakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk jenis solar tahun ini akan melebihi kuota alias mengalami pembengkakan dari pagu yang sudah ditetapkan tahun ini sebesar 14,5 juta kiloliter (kl).
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memperkirakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk jenis solar tahun ini akan melebihi kuota alias mengalami pembengkakan dari pagu yang sudah ditetapkan tahun ini sebesar 14,5 juta kiloliter (kl).

Pasalnya, realisasi konsumsi solar sampai dengan April 2019 telah mencapai sebesar 5,07 juta kl atau setara dengan 35% pagu yang dipasang dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun ini. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa perkiraan membengkaknya subsidi bbm jenisolar tersebut berdasarkan realisasi subsidi hingga April 2019. 

"Untuk 2019 volume BBM subsidi kemungkinan melebihi 14,5 juta kl seperti yang dianggarkan di APBN. Jadi ini ada risiko di situ," tuturnya saat ditemui usai Rapat Panja Badan Anggaran (Banggar) di Komplek DPR RI, Selasa (25/6/2019).

Menurutnya, apabila melihat realisasi konsumsi solar pada Januari - April 2019 yang setara dengan sepertiga tahun anggaran, telah mencapai sekitar 5,1 juta kl. Lantas, apabila realisasi tersebut dikalikan tiga untuk mendapatkan proyeksi realisasi selama setahun penuh, maka akan diperoleh hasil yang melebihi dari kuota. 

"Januari-April 2019 itu sudah 5,1 juta kl, itu kan sepertiga tahun. Kalau kita kalikan 3 saja, itu sudah mencapai 15,3 juta kl. Sementara di APBN ditaruh 14,5 juta kl," ujarnya.

Meski begitu, pihaknya menegaskan akan tetap mewasapadai potensi pembengkakan tersebut. "Jadi kita lihat, kita perhatikan terus apa yang terjadi," paparnya.

Apalagi jika melihat realisasi konsumsi solar sepanjang 2015-2018 yang selaku di bawah kuota. Hal tersebut lantaran dipengaruhi oleh keberhasilan pengawasan dan preferensi konsumen menggunakan Pertadex atau merek lain yang non subsidi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper