Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) menyatakan komposisi pupuk yang disubsidi oleh pemerintah pada tahun ini akan sedikit berkurang. Namun, pengurangan pupuk subsidi tersebut akan diimbangi peningkatan pasok pupuk nonsubsidi.
Sekretaris Jenderal APPI Dadang Heru Kodri mengatakan bahwa penjualan pupuk pada tahun ini tidak akan berubah dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Adapun, tingkat serapan pasar terhadap produksi pupuk pada tahun lalu mencapai 96,62% atau 12 juta ton.
“Sesuai dengan program Kementan [Kementerian Pertanian], turun sedikit [alokasi] subsidi [pupuk]. [Komposisi pupuk] urea dan NPK hampir sama dengan tahun lalu,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (25/6/2019).
Dadang menyampaikan pemerintah dapat mencoba menaikkan harga eceran tertinggi pupuk untuk meningkatkan penggunaan pupuk Nitrogen phosphat kalium (NPK). Namun demikian, imbuhnya, kenaikan tersebut hanya dapat dilakukan jika daya beli petani membaik.
Dadang mengutarakan sistem distribusi pupuk subsidi saat ini sudah cukup baik meski tidak semua petani yang yang butuh mendapatkan pupuk subsidi. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena masih ada segelintir petani yang belum memenuhi persyaratan mendapatkan pupuk subsidi.
Dadang menuturkan bahwa petani sudah paham mengenai penggunaan pupuk yang efisien sesuai dengan umur tanaman. Namun demikian, lanjutnya, para petani masih memilih menggunakan pupuk urea karena dapat menghasilkan warna hijau yang kuat pada tanaman. “Padahal [hal tersebut] tidak diperlukan.
Sebelumnya, PT Pupuk Indonesia (Persero) menyatakan kapasitas produksi perseroan akan naik sebesar 3,05% menjadi 13,5 juta ton pada tahun ini dari realisasi akhir tahun lalu sebesar 13,2 juta ton. Di samping itu, perseroan juga berencana untuk menambah komposisi pupuk NPK dengan membangun lima pabrik pupuk NPK baru berkapasitas 2,4 juta ton senilai Rp5 triliun—Rp6 triliun.
Direktur Keuangan Pupuk Indonesia Indarto Pamoengkas mengatakan pertumbuhan tersebuut disebabkan oleh utilisasi mesin baru yang terpasang di pabrik perseroan di Gresik. Perseroan, imbuhnya, membutuhkan sekitar Rp3 triliun untuk pembangunan pabrik tersebut. Adapun, lanjutnya, perseroan akan memenuhi nilai investasi tersebut dari modal perseroan dan pinjaman perbankan.
“Kami akan bangun pabrik pupuk NPK itu di PT Pupuk Iskandar Muda [PIM], kapasitasnya 500.000 ton per tahun. Di Pusri [PT Pupuk Sriwidjaya Palembang] 300.000 ton. Mulai berproduksi dia pertengahan tahun depan,” jelasnya, Selasa (26/3/2019).
Indarto menambahkan perseroan mendorong agar petani lokal mulai menggunakan pupuk NPK untuk melakukan intensifikasi lahan pertanian guna menambah volume produksi. Adapun, lanjutnya, kini perseroan baru memiliki dua pabrik pupuk NPK dengan kapasitas produksi sebesar 800.000 ton. Adapun, Indarto menyampaikan total utilitas pabrik perseroan akan dijaga di level 80%--85% sepanjang tahun ini.
Selain ekspansi pabrik pupuk, Indarto mengutarakan perseroan juga akan melakukan ekspansi pabrik bahan baku pupuk yakni asam fosfat. Menurutnya, ekspansi tersebut menjadi penting mengingat kebutuhan asam fosfat akan bertambah seiring beroperasinya lima pabrik pupuk NPK nantinya.