Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) menyatakan para pemangku kepentingan industri hilir karet belum serius dalam mengembangkan penggunaan karet. Pasalnya, penelitian dan inovasi terkait penggunaan karet masih rendah.
Ketua Umum Dekarindo Azis Pane mengatakan bahwa perguruan tinggi kurang diberi kesempatan dalam melakukan penelitian maupun pengembangan mengenai penggunaan karet. Menurut Azis, penelitian dan pengembangan terkait pengembangan karet harus dilakukan secara fokus dan terpusat.
“Menurut saya, yang [seharusnya] mengadakan penelitian [soal pengembangan penggunaan karet] itu adalah Pusat Penelitian Bogor yang sudah berdiri sejak [zaman] Belanda itu. Jangan Kementerian Perindustrian bikin [penelitian], BPPT bikin [penelitian]. Harus fokus dan terpusat,” tegasnya kepada Bisnis, Selasa (25/6/2019).
Azis mencontohkan salah satu pengembang pohon karet yang belum dikembangkan adalah penggunaan daun karet sebagai bahan bakar nabati (BBN). Azis mengemukakan wilayah di sekitar Kalimantan Selatan yang belum teraliri listrik menggunakan daun karet sebagai bahan bakar lampu minyak.
Azis mengutarakan pihaknya akan bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan penelitian terkait penggunaan daun karet sebagai bahan baku FAME maupun BBN lainnya. Selain sebagai BBN, Azis menyampaikan bubur daun (pulp) karet dapat diolah menjadi tas yang memiliki karakteristik sama dengan tas plastik.
Seperti diberitakan Bisnis, Universitas Negeri Medan (Unimed) telah berhasil mengolah biji karet menjadi tempe, dan ilmu pengetahuan itu dibagikan kepada anggota Karang Taruna di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara.