Bisnis.com, JAKARTA – Giant yang dimiliki PT Hero Supermarket Tbk. menutup beberapa gerainya jelang memasuki semester II/2019. Isu itu mencuat setelah beberapa gerai yang bakal tutup diramai pengunjung karena memberikan diskon besar hingga 50%, tetapi selain Giant, sudah ada beberapa gerai ritel yang ‘menyerah’ dalam beberapa tahun terakhir.
Belum ada tanggapan dari pihak Hero Supermarket terkait penutupan beberapa gerai Giant tersebut. Namun, dari sisi kinerja sampai kuartal I/2019, emiten berkode HERO itu masih mencatatkan rugi senilai Rp3,52 miliar.
Selain Giant Ekspress, ada beberapa toko ritel di Indonesia yang harus menutup beberapa gerainya dengan berbagai alasan, dari sulit bersaing dengan pasar daring sampai relokasi ke area yang lebih produktif. Berikut gerai ritel yang harus tutup.
GAP
Di tahun 2018, brand fesyen asal Amerika Serikat, GAP menghentikan operasional mereka di Indonesia setelah PT Gilang Agung Persada sebagai pemegang hak operasional tidak memperpanjang kontrak kerja sama dengan GAP Inc. Lima gerai GAP yang tersebar di Jakarta, Bali, dan Surabaya pun ditutup.
Menurut perseroan, penutupan gerai tersebut mereka lakukan demi mengembangkan merek lain dan mempertimbangkan arah pergerakan pasar.
Baca Juga
Pasca menutup gerai GAP, perseroan yang terafiliasi dengan emiten milik Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) memutuskan lebih agresif membuka gerai jam tangan merek Casio dan aksesoris seperti VNC, Justice, dan Superdry.
New Look
Selanjutnya, ritel fesyen asal Inggris, New Look, menutup seluruh gerainya di Tanah Air per 19 Februari 2018.
Di Indonesia, pemasok brand ini dipegang PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) dengan total 12 gerai, 3 diantaranya terdapat di Senayan City, Pondok Indah mall, dan Paris Van Java.
Tak hanya di Indonesia, ternyata kondisi kurang baik terjadi di negara asalnya. Sepanjang tahun 2018, hampir 100 gerai New Look terpaksa gulung tikar.
7 Eleven
Perusahaan ritel global, 7-Eleven Inc mengakhiri perjanjian dengan PT Modern Sevel Indonesia sebagai entitas pengelola bisnis jaringan ritel 7-Eleven di seluruh Indonesia.
Anak perusahaan PT Modern Internasional Tbk. (MDRN) itu menghentikan kegiatan operasional seluruh gerainya akhir Juni 2017.
Menurut perseroan, penutupan tersebut juga karena kurangnya sumber daya untuk mendanai operasional tokonya.
Kala itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto angkat bicara terkait tutupnya 7-Eleven. Dikutip dari Bisnis.com Senin (26/6/2017), menurut Airlangga, penutupan seluruh gerai ritel itu akibat perencanaan bisnis pemilik saham yang kurang matang bukan karena lesunya pasar ritel.
Airlangga menyatakan, pemilik modal menanamkan investasi besar-besaran untuk merebut pangsa pasar terbesar. Sementara, kinerja penjualan tak mampu menutupi biaya operasional setiap gerai.
Selain itu, kompetitor bisnis serupa berhasil menarik masyarakat dengan melakukan berbagai penyesuaian.