Bisnis.com, JAKARTA - Pengunduran diri Theresa May mengancam berdampak pada kompetisi untuk mencari pemimpin baru Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE).
Keputusan pengunduran perdana menteri juga meningkatkan ketidakpastian yang dihadapi oleh Inggris, dan dapat mengubah pikiran para kandidat.
Tanggal penutupan untuk pencalonan diri sebagai gubernur BOE dilaksanakan sampai dengan 5 Juni, dua hari sebelum May akan mundur dari jabatannya, dengan keputusan jatuh tempo pada bulan Oktober.
"Kita tidak hanya tidak tahu siapa yang ikut serta dan siapa yang kemungkinan terpilih, tetapi kita juga tidak tahu siapa yang akan membuat pilihan itu, jujur saja, bahkan [kami tidak tahu] pihak mana yang akan membuat keputusan," kata George Buckley, kepala ekonom Inggris di Nomura di London, seperti dikutip melalui Bloomberg, Minggu (26/5/2019).
Ketidakpastian ini akan menjadi akhir yang canggung bagi Gubernur BOE Mark Caney, yang akan mengakhiri masa jabatannya pada Januari tahun depan.
Carney sering mendapat kritik dari para politisi anti-Uni Eropa, yang di antara mereka menganggapnya memiliki prosepek terlalu suram terhadap Inggris.
Dalam wawancara dengan Bloomberg TV, Roger Bootle, CEO Capital Economics dan anggota kelompok ekonom Pro-Brexit untuk Perdagangan Bebas, mengatakan bahwa dirinya yakin pemerintah akan menunjuk gubernur bank sentral yang baru
"Saya akan sangat terkejut jika ada perdana menteri baru memilih untuk mempertahankan gubernur dengan yang sekarang," katanya.
Sementara itu, jika perdana menteri pro-Brexiteer mungkin menambahkan beberapa nama yang tak terduga dalam perlombaan untuk menggantikan Carney, kandidat yang lebih ortodoks tidak dapat dikesampingkan, terutama jika mereka mencari pilihan yang lebih aman untuk memoles ekonomi mereka.
Jacob Rees-Mogg, kritikus utama Carney, menyarankan pada tahun lalu bahwa Andrew Bailey, kepala eksekutif Otoritas Kebijakan Keuangan, dan Kepala Ekonom BOE Andy Haldane, berpotensi untuk maju menjadi gubernur BOE.
Adapun, jika Boris Johnson, Tories yang disebut-disebut akan menggantikan May, lolos menjadi perdana menteri, mantan penasihat dan ekonom pro-Brexit Gerard Lyons bisa menjadi pilihan potensial bagi bank sentral.