Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) mencatat konsumsi domestik baru mencapai 20% selama 6 tahun terakhir pada 2016 atau sekitar 676.000 ton karet alam.
Asisten Direktur Eksekutif Gapkindo Uhendi Haris memaparkan, penggunaan karet di sektor infrastruktur dapat meningkatkan konsumsi karet nasional secara masif dan berkesinambungan. Haris menyarankan agar pembuatan aspal menggunakan karet padat berkualitas Standard Indonesian Rubber (SIR) 20. Pasalnya, produksi karet berbentuk latex masih domestik masih kecil.
“Memang teknologi yang tersedia dengan [menggunakan] latex, tapi di Indonesia ini sangat sedikit juga [volumenya]. Kalau unutk keperluan pabrik sarung tangan [medis] saja harus impor, jadi gunakanlah [karet] SIR 20,” paparnya kepada Bisnis, Senin (27/5/2019).
Uhendi menambahkan bahwa produksi karet pada akhir tahun lalu mencapai sekitar 3,6 juta ton. Adapun, produksi karet SIR 20 mendominasi sebanyak 96,7% dari total produksi.
Uhendi berujar, penggunaan karet dalam pembuatan aspal akan menambah biaya produksi, namun juga akan menghasilkan kualitas yang lebih tinggi. Uhendi menyampaikan dari beberapa simulasi ditemukan bahwa penggunaan karet dalam pembuatan aspal akan menambah biaya pembuatan aspal 20% dan meningkatkan kualitas jalan sebesar 50%.