Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) mencatat pertumbuhan obat bebas (over the counter/OTC) mencapai 5%--6% pada kuartal I/2019. Asosiasi menilai pertumbuhan tersebut belum signifikan mengingat peredaran obat OTC masih dibatasi.
Direktur Eksekutif GP Farmasi Dorojatun Sanusi mengatakan bahwa asosiasi mendorong agar peredaran obat-obat OTC dipermudah. Pasalnya, jaringan apotek atau toko obat masih terbatas di daerah-daerah.
Menurut Dorojatun, komposisi obat OTC dalam portofolio produksi obat dalam negeri mencapai 40%.
“Kami mendorong supaya program promotif dan preventif diperluas, itu pakai [obat] OTC. Program Menteri Kesehatan begitu, tapi peraturan-peraturannya tidak berubah. Programnya ada tapi peraturannya tidak mendukung, terutama terhadap peredaran,” paparnya kepada Bisnis, Kamis (23/5/2019).
Pada kuartal II/2019, lanjutnya, asosiasi belum dapat memproyeksi pertumbuhan produksi maupun penjualan obat OTC. Menurutnya, hal tersebut disebabkan belum berakhirnya masa Ramadan. Namun, dia memperkirakan, pertumbuhan penjualan obat OTC akan menurun mengingat konsumen akan mengalihkan pengeluarannya saat Idulfitri.
Di samping itu, Dorojatun menyampaikan, arus kas industri farmasi sekarang tidak menentu akibat program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dorojatun menghitung piutang industri farmasi yang telah jatuh tempo kini bernilai Rp4 triliun. Adapun, imbuhnya, secara konsolidasi nilai piutang industri farmasi mencapai Rp7 triliun.
Baca Juga
“Kalau terus berlanjut, bukan masalah bagaimana [kondisi] neraca perdagangan. Kalau bahan baku tidak bisa beli, kami tidak bisa ekspor,” ucapnya.