Bisnis.com, PONTIANAK - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melakukan kajian pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir di empat daerah yakni Jepara, Bangka, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat.
Staf Ahli Bidang Relevansi dan Produktivitas Kemenristekdikti Agus Puji Prasetyono mengatakan kajian pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Jepara, Jawa Tengah telah dilakukan pada 2012. Sementara, kajian di Bangka dan Kalimantan Barat secara berturut-turut dilakukan pada 2012 dan 2014. Saat ini, kajian PLTN di NTB masih dilakukan.
Dari kajian tersebut, potensi PLTN yang bisa dikembangkan di Jepara,Bangka, dan Kalimantan Barat yakni masing-masing sebesar 1 gigawatt, 600 MW, dan 100 MW sampai 1 Gigawatt.
Menurutnya, 4 daerah tersebut, kecuali NTB, dipilih karena merupakan daerah yang aman dari gempa. Meskipun dia meyakini, teknologi yang digunakan untuk mengembangkan PLTN relatif aman dari kegempaan.
Agus mengatakan dari empat wilayah tersebut, Kalimantan Barat menjadi wilayah dengan sambutan yang cukup positif untuk mengembangkan PLTN. Terlebih, Kalimantan Barat ingin menjadi provinsi industri dan menyiapkan kecukupan energi listrik dalam rangka menyongsong rencana pemndahan ibukota baru.
"Kita janya melakukan kajian, kalau misalnya pemerintah setuju kita ajukan bersama vendor, untuk selanjutnya dilakukan evaluasi tapak yang menjurus ke detail engineering design (DED)," katanya kepada Bisnis, Selasa (21/5/2019).
Menurutnya, sudah seharusnya Indonesia beralih ke pemanfaatan nuklir untuk pembangkitan seperti yang dilakukan negara maju lainnya. Apalagi, cadangan uranium yang dimanfaatkan untuk PLTN lebih panjang dari pada memanfaatkan batu bara.
Sementara, jika memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) untuk pembangkitan prosesnya akan lama. Setidaknya untuk mengejar target 23% bauran energi baru terbarukan untuk pembangkitan pada 2025, perkembangan pemanfaatan EBT harus sebesar 0,9% per tahun. Sementara, rata-rata saat ini baru sebesar 0,55% per tahun.
Agus menilai ada tiga jenis pembangkitan energi bersih yang mampu dikembangkan dengan kapasitas besar yakni air, geotermal, dan nuklir. Hanya saja, pembangkit tenaga air dan geotermal memiliki kelemahan. Seperti misalnya pembangkit geotermal yang harus dibangun pada kawasan ring of fire ataupun tenaga air yang tidak semua area memadai untuk dikembangkan pembangkitan.
"Maka saya rasa ke depan suka atau tidak suka PLTN pasti akan digunakan di Indonesia," katanya.