Bisnis.com, JAKARTA – Para pembuat kebijakan moneter di sejumlah negara di Asia Tenggara dipastikan sibuk pekan ini. Bank sentral di Malaysia, Thailand, dan Filipina berturut-turut bakal menelurkan keputusan soal suku bunga acuannya hingga Kamis (9/5/2019).
Kebijakan moneter global yang berubah menjadi lebih dovish telah mendorong bank-bank sentral di kawasan ini mencermati langkah pemangkasan suku bunga.
Bank-bank sentral di seluruh dunia, dipimpin bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, telah mengurangi pandangan hawkish mereka. Pekan lalu, The Fed mengisyaratkan bahwa pihaknya tidak akan mengubah suku bunga acuannya untuk saat ini.
Namun, dengan bangkitnya konflik dalam negosiasi perdagangan AS-China yang menambah risiko ekonomi, para pembuat kebijakan memiliki alasan baru untuk mempertimbangkan sikap akomodatif jika mereka melihat gangguan lebih lanjut pada perdagangan global dan regional.
Berikut perkiraan gambaran kebijakan Bank Negara Malaysia, Bank of Thailand, dan Bangko Sentral ng Pilipinas pekan ini:
Malaysia
Pandangan para ekonom terbagi soal pengumuman kebijakan Bank Negara Malaysia yang akan dirilis pada Selasa (7/5/2019) pukul 3 sore waktu setempat di Kuala Lumpur.
Sebanyak 14 dari 23 ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan para pembuat kebijakan akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, perubahan pertama sejak melakukan penaikan pada Januari 2018.
Sementara itu, pemerintah tetap berpegang pada target pertumbuhan 4,9 persen untuk 2019, terlepas dari melemahnya permintaan global. Kenaikan harga minyak telah membantu kinerja eksportir, sedangkan inflasi tetap terkendali.
Kendati demikian, terdapat kekhawatiran yang lebih besar, termasuk kepercayaan investor yang menyurut karena penggantian pajak barang dan jasa tahun lalu yang tidak banyak membantu peningkatan konsumsi.
Pada saat yang sama, penundaan dan pembatalan proyek-proyek infrastruktur utama serta kurangnya progres dalam mengurangi defisit fiskal juga membebani sentimen. Nilai tukar ringgit telah terdepresiasi terhadap dolar AS pada 2019, sedangkan pasar ekuitasnya tetap menjadi salah satu yang berkinerja terburuk di Asia.
Alan Lau, seorang ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp, memperkirakan Bank Negara Malaysia akan memilih untuk menunggu setidaknya sampai Juli untuk mengambil langkah terhadap suku bunga acuannya.
“Bank Negara Malaysia biasanya memberikan sinyal kuat untuk tindakan suku bunga yang akan datang dan pesan-pesan macam itu tidak terlihat untuk saat ini,” ujarnya.
Thailand
Bank sentral Thailand memiliki kemungkinan terbesar, di antara ketiga bank sentral di Asia Tenggara, untuk menahan kebijakan moneternya pekan ini.
Seluruh 24 ekonom dalam survei Bloomberg dengan suara bulat memperkirakan Bank of Thailand memutuskan tidak akan mengubah suku bunga acuannya dalam pertemuan yang berakhir pada Rabu (8/5/2019) pukul 2.05 siang di Bangkok.
Sejak Bank of Thailand menaikkan suku bunga acuannya pada Desember 2018, perubahan kebijakan pertama sejak 2015, nilai tukar baht mengalami penguatan terbesar di Asia Tenggara. Hal ini membebani prospek ekspor ketika ketidakpastian di dalam negeri soal pemilu menambah ketidakpastian investor.
Burin Adulwattana, kepala ekonom di Bangkok Bank Pcl, memperkirakan para pembuat kebijakan akan menahan suku bunga acuannya sepanjang tahun 2019 seiring dengan lesunya prospek pertumbuhan.
“Mereka tidak dapat menaikkan suku bunga karena latar belakang ekonomi yang lemah dan mereka juga tidak dapat memangkasnya karena sikap hawkish sebelumnya,” jelas Burin.
Gubernur Bank of Thailand Veerathai Santiprabhob sendiri mempertahankan sikap hati-hatinya untuk saat ini. Bulan lalu, ia mengatakan Bank of Thailand belum menutup pintu untuk lebih banyak kenaikan suku bunga dalam siklus ini. Sementara itu, inflasi tetap terkendali di ujung bawah kisaran target 1 persen hingga 3 persen.
Filipina
Para pembuat kebijakan bank sentral Filipina tampak menavigasi keseimbangan yang rumit antara mengelola penurunan inflasi dari level tertingginya dalam sembilan tahun pada 2018 dan tekanan dari kenaikan harga minyak tahun ini.
Hal itu membuat para ekonom terpecah tentang bagaimana Bangko Sentral akan meresponsnya. Sebanyak 12 dari 23 ekonom dalam survei Bloomberg memprediksikan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam keputusan yang akan dirilis di Manila pada Kamis (9/5/2019) pukul 4 sore waktu setempat.
Bagi Gubernur Bangko Sentral Benjamin Diokno, pelonggaran kebijakan moneternya hanyalah soal waktu karena bank sentral ini berupaya untuk mengurangi pengetatan kebijakannya tahun lalu dan menurunkan rasio cadangan wajib untuk bank-bank.
“Saat ini, kami sedang melihat kemungkinan pelonggaran moneter sehubungan dengan tren global. AS telah menghentikan proses normalisasi, hal yang sama dengan Jepang. Itu memberi kami banyak amunisi untuk pelonggaran moneter,” ungkap Diokno.
Sementara itu, nilai tukar peso telah terapresiasi lebih dari 1 persen terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, di antara yang berkinerja terbaik di Asia.
Hal tersebut memberi Bangko Sentral ruang untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan, yang telah bertahan di 4,75 persen sejak kenaikan terakhir pada November 2018.