Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi kuartal I/2019 tidak sesuai dengan ekspektasi pemerintah yang berharap pertumbuhan dapat mendekati 5,2 persen. Nyatanya, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan PDB kuartal I/2019 adalah 5,07 persen.
Pertumbuhan ini tidak berbeda jauh dengan kuartal I/2018 yang naik 5,06 persen (yoy). Namun lebih rendah daripada pertumbuhan kuartal IV/2018 yang tercatat 5,18 persen.
Laju Pertumbuhan PDB Triwulanan | |
---|---|
Periode | Pertumbuhan (YoY) |
Q1/2019 | 5,07 persen |
Q4/2018 | 5,18 persen |
Q3/2018 | 5,17 persen |
Q2/2018 | 5,27 persen |
Q1/2018 | 5,06 persen |
Sumber: BPS, 2019
Sumber pertumbuhan pada kuartal I/2019 sebagian besar berasal dari konsumsi yang tumbuh dengan baik sebesar 5,3 persen (yoy). Angka ini lebih besar dari raihan 5,1 persen (yoy) pada kuartal IV/2018 atau 4,8 persen (yoy) pada kuartal I/2018.
Sebagian besar konsumsi berasal dari konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 5,2 persen (yoy), menyusul peningkatan program bantuan sosial selama kuartal tersebut.
Sumber: BPS, 2019
INVESTASI NAIK
Investasi juga mencatatkan pertumbuhan yakni 5,0 persen (yoy). Maybank Kim Eng menyebutkan bahwa pertumbuhan itu relatif tinggi mengingat tahun ini merupakan periode berlangsungnya agenda pemilihan umum (pemilu).
Menilik tahun pemilu dua periode terakhir, pertumbuhan investasi rata-rata adalah 4,4 persen (yoy) pada 2014 dan 4,0 persen (yoy) pada 2009.
BPS mencatat tiga hal dari pengeluaran untuk barang modal atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB):
- Pertumbuhan barang modal jenis mesin dipengaruhi oleh meningkatnya produksi domestik dan impor.
- Barang modal jenis CBR (Sumber daya hayati) mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh peningkatan impor sapi dan ayam sebesar 25,43 persen serta kenaikan penambahan nilai tanaman perkebunan yang belum menghasilkan (sawit dan karet) sebesar 5,03 persen.
- Realisasi investasi BKPM pada triwulan I/2019 mencapai Rp195,1 triliun, meningkat 5,29 persen dari triwulan I/2018.
Sementara itu, data ekspor neto membukukan nilai positif, meskipun baik tingkat ekspor maupun impor berkontraksi.
Secara sektoral, informasi dan komunikasi membukukan pertumbuhan inkremental tertinggi, sedangkan sektor pertanian tumbuh paling lambat.
Pertumbuhan Sektoral Q1/2019 | |
---|---|
Sektor | Pertumbuhan (persen) |
Industri | 3,86 |
Perdagangan | 5,26 |
Pertanian | 1,81 |
Konstruksi | 5,91 |
Pertambangan | 2,32 |
Transportasi & Pergudangan | 5,25 |
Jasa Keuangan & Asuransi | 7,33 |
Informasi dan Komunikasi | 9,03 |
Adm. Pemerintahan | 6,45 |
Jasa Pendidikan | 5,62 |
Real Estat | 5,49 |
Akomodasi & Makan Minum | 5,87 |
Jasa Lainnya | 9,99 |
Jasa Perusahaan | 10,36 |
Pengadaan Listrik & Gas | 4,12 |
Jasa Kesehatan & Keg. Sosial | 8,61 |
PengadaanAir | 8,95 |
Sumber: BPS, 2019
BPS juga menyebutkan bahwa beberapa negara yang punya relasi ekonomi kuat dengan Indonesia masih bergerak positif. Misalnya, China di kuartal I/2019 tercatat tumbuh 6,4 persen, lebih lambat dibandingkan pada kuartal I/2018 yakni 6,8 persen.
Pertumbuhan Singapura juga melambat menjadi 1,3 persen pada kuartal I/2019, dibandingkan kuartal I/2018 yang mencatat pertumbuhan 4,7 persen. Demikian pula Korea Selatan yang melambat menjadi 1,8 persen jika dibandingkan 2,8 persen pada kuartal I/2018.
Hanya Amerika Serikat yang mencatat penguatan pertumbuhan menjadi 3,2 persen (Q1/19) dari 2,6 persen (Q1/18) dan 3,0 persen (Q4/18).