Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biodiesel untuk Pembangkit Listrik : Produsen & PLN Belum Sepakati Harga

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia menanti kesepakatan harga jual minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik dengan PLN yang saat ini belum menemukan titik temu. 
Ilustrasi bahan bakar Biodiesel B20/Reuters-Mike Blake
Ilustrasi bahan bakar Biodiesel B20/Reuters-Mike Blake

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia menanti kesepakatan harga jual minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik dengan PLN yang saat ini belum menemukan titik temu. 

Adapun Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) mengharapkan setidaknya tahun ini, PLN dapat menyerap 3 juta crude palm oil untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit. 

Saat ini pembangkit berbahan diesel baru bisa menyerap 600.000 kiloliter crude palm oil. Kondisi tersebut dikarenakan hanya sedikit mesin pembangkit berbahan diesel yang mampu mengonversi crude palm oil sebagai bahan bakar. 

Ketua Umum Aprobi MP Tumanggor mengatakan untuk dapat menyerap semakin banyak CPO, saat ini pihaknya bersama PLN sedang menentukan formula harga jual yang saat ini belum menemukan titik temu.

Adapun PLN menghendaki harga jual CPO untuk pembangkit yakni sebesar 16% dibawah Mean of Platt Singapore (MoPS). Sementara, produsen meminta harga jual adalah sebesar 2% dibawah MoPS. 

"Kalau harga cocok itu mau 3 juta full CPO. Kalau mau kan ya PTPN sama PLN tukar kantong kanan kantong kiri aja," katanya, belum lama ini. 

Menurutnya, selama harga CPO tidak melebihi harga solar dan masih dibawah MoPS, seharusnya hal tersebut tidak menjadi masalah bagi PLN. Apalagi, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) tidak perlu mengeluarkan dana untuk menutupi selisih kurang antara Harga indeks pasar (HIP) solar dengan CPO. 

Berdasarkan data Kementerian ESDM, 60,5% bauran energi primer pembangkit listrik berasal dari batu bara. Sementara, 22,1% menggunakan gas bumi, 5% menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar nabati (BBN), dan 12,4% EBT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper