Bisnis, JAKARTA - Pemerintah menyatakan segera menggulirkan program biodiesel 30 persen tahun ini, seiring efektifnya program sejenis yang saat ini tengah berjalan yakni B20, dalam menekan defisit migas.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menegaskan bahwa salah satu program andalan pemerintah dalam mengendalikan impor migas adalah mandatori B20.
"B20 dari sisi realisasi sudah 99 persen. Artinya sudah waktunya untuk ditingkatkan ke B30. Walaupun gradual ya," ujarnya, Kamis (17/4/2019).
Susiwijono menerangkan bahwa saat ini Kemenko Perekonomian terus melakukan evaluasi terhadap program B20 dan ancang-ancang untuk menggulirkan B30 secara bertahap.
"Evaluasi kita Pak Menko sedang ancang segera digulirkan, tapi kan ga bisa instan ya udah besok B30, kan banyak prasyarat yang harus kita sesuaikan. Jadi perlu tahapan," ujarnya.
Menurutnya ancang - ancang untuk segera menggulirkan B30 tersebut lantaran program B20 sudah dinilai berhasil. Kendati sebagian orang masih menilai bahwa belum maksimal.
"Orang boleh berdebat, itu pengaruhnya seberapa persen untuk impor, ya tergantung behavior kita, perilaku konsumsi kita untuk migas dan sebagainya. Tapi faktanya itu efektif untuk mengendalikan impor migas," tegasnya.
Selain itu, lanjut dia, faktanya sekarang program B20 juga sudah diterima masyarajat dan pelan pelan ke B30 hingga menuju B100.
Sementara itu, sebelumnya Asosiasi Produsen biofuel Indonesia (Aprobi) menyatakan bahwa pemerintah menargetkan program pengembangan solar dengan bauran minyak sawit sebesar 30 persen akan rampung pada Oktober mendatang dan bisa digunakan secara publik tahun depan.
Ketua Harian Asosiasi Produsen biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengungkapkan pihaknya saat ini baru akan melakukan uji coba dengan jarak 40 ribu kilometer guna memastikan bahan bakar bauran tersebut aman untuk kendaraan.
Menurutnya dengan beresnya pengembangan B30, diyakini serapan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk keperluan biodiesel akan terus melonjak.
Tahun depan, ditargetkan penggunaan CPO untuk bahan bakar di dalam negeri akan mencapai 9 juta kiloliter atau setara 7,8 juta ton. Jauh lebih tinggi dari proyeksi tahun ini yang hanya 6,2 juta kiloliter atau setara 5,4 juta ton.
Target-target tersebut dinilai bukan hal yang sulit. Pasalnya, dalam dua bulan pertama tahun ini, serapan CPO untuk B20 sudah mencapai 1,2 juta ton.