Bisnis.com, JAKARTA - Tantangan soal harga ICP dan kurs rupiah perlu disikapi serius oleh pemerintah pasalnya jika meleset terlalu jauh hal ini akan membebani anggaran.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan melihat perkembangan saat ini, pemerintah diminta untuk melakukan perubahan anggaran. Apalagi, saat ini ada variable yang tidak sesuai ekspektasi.
"Menurut saya perlu ada revisi anggaran subsidi. Bukan karena variabel harga minyak karena minyak mulai naik diatas 70 usd per barel. Yang jadi variabel utama justru penguatan rupiah dibawah asumsi makro APBN," kata Bhima, Kamis (11/4/2019).
Saat ini, kata dia, rupiah dikisaran Rp14.150 - Rp14.200, padahal asumsi dalam APBN sekitar Rp15.000. Namun, di satu sisi
minyak 2 bulan terakhir justru naik.
"Tetap perlu mekanisme APBN perubahan menurut saya. Karena ada asumsi makro yg melesetnya terlalu jauh," tukasnya.