Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat nilai ekspor kayu panel pada kuartal I/2019 mengalami penurunan sebesar US$83,17 juta atau sekitar Rp1,18 triliun.
Rufi’i, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan KLHK menjelaskan penurunan nilai ekspor tersebut karena fluktuasinya permintaan produk kayu panel dari pasar global.
“Prinsipnya ekspor tergantung dari permintaan pasar. Kalau pasar lesu atau permintaan kecil ekspor bisa turun,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (8/4).
Berdasarkan data Dokumen V-Legal ke Seluruh Dunia pada Triwulan I 2019, total nilai ekspor kayu panel sebesar US$550,27 juta turun 13,13% atau sebesar US$83,17 juta dibandingkan nilai ekspor tahun lalu pada periode yang sama sebesar US$633,44 juta.
Data nilai ekspor kayu panel per bulan juga terlihat fluktuatif, di mana nilai ekspor kayu panel pada Januari 2019 sebesar US$212,15 juta naik 7,01% atau US$14,88 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$197,27 juta.
Kemudian, pada Februari 2019 nilai ekspor kayu panel sebesar US$163,68 juta turun 18,81% atau sekitar US$38,17 juta dibandingkan nilai ekspor periode yang sama tahun lalu sebesar US$201,85 juta.
Pada Maret 2019 nilai ekspor kayu panel naik 6,57% sebesar US$174,44 juta dibandingkan bulan sebelumnya, namun nilai tersebut turun 25,55% atau US$59,88 juta dibandingkan Maret 2018 sebesar US$234,32 juta.
Berbeda dengan turunnya nilai ekspor kayu paner, nilai ekspor produk veneer pada Kuartal I mengalami kenaikan sebesar 12,26% yakni sebesar US$28,30 juta dibandikan periode yang sama tahun lalu sebesar US$24,83.
Tak hanya nilai ekspor kayu panel yang menurun, pada Kuartal I tahun ini total nilai ekspor produk kayu olahan sebesar US$2,82 miliar juga mengalami penurunan sebesar 8,14% atau US$250 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu (US$3,07 miliar).
Rufi’i mengatakan turunnya nilai ekspor produk kayu olahan dapat memengaruhi serapan kayu bulat sebagai bahan baku kayu olahan di antaranya kayu panel dan veneer.
“Kalau produksi [kayu olahan] kecil, keperluan kayu bulat juga kecil. [Di mana] kalau permintaan [pasar] kecil produksi juga tidak perlu besar. [Biasanya] pabrik akan menyesuaikan,” jelasnya.