Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku industri mebel dalam negeri harus pintar memilih segmen dan produk agar bisa menembus pasar China. Negeri Tirai Bambu ini menjadi pasar furnitur terbesar di dunia, mengalahkan Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Abdul Sobur, Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), mengatakan nilai pasar mebel di China mencapai US$225 miliar per tahun. Sementara itu, nilai ekspor mebel nasional sekitar US$2 miliar.
Walaupun memiliki pasar yang besar, untuk bisa masuk ke pasar China tidaklah mudah. Pasalnya, negara tersebut juga menjadi produsen besar dunia sehingga pabrikan dalam negeri harus cerdas memilih segmen dan produk yang akan dikirim ke China.
“Salah satu produk yang bisa dikembangkan masuk ke China seperti mebel rotan karena di China tidak ada rotan dan mereka tidak memproduksi atau produk timber kayu lapis olahan. Untuk bisa bertempur, kami harus cerdas memilih, arahnya lebih ke segmen premium,” ujarnya kepada Bisnis.com belum lama ini.
Rotan menjadi salah satu keunggulan Indonesia, terutama untuk produk mebel, karena tidak banyak negara yang memiliki bahan baku ini. Dia menyebutkan hanya ada 3 negara penghasil rotan berkualitas tinggi di dunia, yaitu Indonesia, Brasil, dan Kongo.
Sobur menyampaikan pelaku industri mebel dalam negeri telah mencoba masuk ke pasar Negeri Panda tersebut dalam 4 tahun terakhir. Menurutnya, supaya bisa sukses menembus pasar China, pemerintah diharapkan ikut mendorong, misalnya melalui subsidi pameran dan memberikan bantuan untuk riset dan pengembangan.
“Kalau bisa ambil 1 persen saja dari pasar mebel di China, ekspor kita bisa naik tinggi tetapi memang tidak mudah,” kata Sobur.
Selain berupaya masuk ke pasar China, industri mebel juga berupaya mengajak investor China untuk masuk ke dalam negeri. Sobur berpendapat untuk meningkatkan ekspor diperlukan investasi yang cukup besar. Apalagi, nilai ekspor mebel nasional sempat berkurang dengan hengkangnya beberapa perusahaan ke negara tetangga akibat biaya upah yang dinilai naik terlalu tinggi di Jawa Timur.
Walaupun terbuka untuk investasi asing, Sobur menuturkan harus ada persyaratan yang dipenuhi, misalnya harus menyerap tenaga kerja lokal.Keahlian tenaga kerja dalam negeri, lanjutnya, sangat baik terutama untuk pengerjaan mebel berbahan baku rotan.