Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pebisnis Batu Bara Ingin Terlibat dalam Pembahasan Rencana Penyediaan Listrik

Para pebisnis batu bara merasa perlu terlibat dalam pembahasan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) untuk menyesuaikan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap dengan pasokan bahan bakarnya.
Aktivitas di area pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10)./JIBI-Nurul Hidayat
Aktivitas di area pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Para pebisnis batu bara merasa perlu terlibat dalam pembahasan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) untuk menyesuaikan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap dengan pasokan bahan bakarnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan pihaknya selama ini belum pernah dilibatkan dalam pembahasan RUPTL bersama PT PLN (Persero). Padahal, mayoritas pembangkit listrik yang telah dan akan dibangun dalam 10 tahun mendatang adalah PLTU.

"Selama ini kami gak pernah dilibatkan dalam RUPTL sama sekali. Padahal, PLN masih mengandalkan sekitar 60% dari batu bara," katanya, Jumat (5/4/2019).

Dia mengatakan pembahasan bersama tersebut sangat penting karena berkaitan dengan ketersediaan pasokan untuk PLTU. Pasalnya, setiap PLTU memiliki kebutuhan batu bara yang spesifik.

"Nanti distribusinya akan semakin baik karena rencana pembangunan PLTU, termasuk lokasinya, bisa disesuaikan dengan sumber batu baranya," tuturnya.

Terkait dengan pasokan batu bara untuk PLN, Ketua Komite Marketing APBI Nyoman Oka, mengungkapkan hampir 91% dikuasai oleh delapan perusahaan besar saja. Selain dari kemampuan produksi dan infrastruktur yang mumpuni, ada beberapa faktor lain yang menentukan.

"Sulitnya batu bara masuk ke PLN itu antara lain karena spesifikasi yang mungkin berbeda atau memang lokasinya yang susah dan cukup jauh," katanya.

Selain itu, delapan perusahaan tersebut memang telah memiliki kontrak jangka panjang, sehingga hanya tersisa sedikit ruang untuk produsen lain bisa memasok ke PLN. Hal tersebut menjadi beban tersendiri bagi produsen karena kewajiban pasokan untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO) ditetapkan sama untuk seluruh perusahaan.

Dari sisi cadangan, berdasarkan data dari Badan Geologi Kementerian ESDM, pada 2018 totalnya mencapai 37,34 miliar ton. Adapun cadangan terbuktinya sebanyak 20,11 miliar ton dan cadangan terkira 17,02 miliar ton.

Cadangan tersebut diprediksi akan habis pada 2094 atau sekitar 76 tahun. Namun, hal tersebut tidak bisa menjadi patokan karena pemanfaatan cadangan akan bergantung pada nilai keekonomian batu bara pada saat itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper