Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jaga Keseimbangan Pasokan Jagung, Manajemen Stok Dinilai Perlu

Pemerintah diharapkan memiliki stok jagung pada puncak panen raya mendatang agar tidak mengulangi kelangkaan seperti pada tahun lalu.
Petani mengupas biji jagung di Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau, Sabtu (5/1/2019)./ANTARA-Aswaddy Hamid
Petani mengupas biji jagung di Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau, Sabtu (5/1/2019)./ANTARA-Aswaddy Hamid

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah diharapkan memiliki stok jagung pada puncak panen raya mendatang agar tidak mengulangi kelangkaan seperti pada tahun lalu.

Anggota Presidium Agriwatch Dean Novel mengatakan kondisi produksi tahun ini diperkirakan tidak jauh berbeda dengan tahun lalu.

Periode Maret-April-Mei adalah puncak panen tahunan dengan persentasi sekitar 60% dari total produksi. Sisanya yang 40% tersebar dalam perioda bulan Juni hingga Desember

"Jika tidak dapat menyerap jagung petani pada perioda Maret-April-Mei tahun ini, kemudian menyimpannya. Maka akan mengulang kembali masalah klasik perjagungan nasional," katanya kepada Bisnis pada Selasa (26/3).

Menurutnya, periode Maret-April-Mei adalah puncak produksi jagung dengan harga berada pada posisi terendah. Setelah masa itu terlewati, akan berbeda kondisinya.

"Begitulah kondisinya klasik dan berulang-ulang. Maka itu, HPP Jagung yang dibuat berdasarkan Permendag No. 58/2018 harus direvisi agar berwibawa dan tidak menjadi blunder," imbuhnya.

Dean mengatakan sebaiknya dibuat satu harga saja sebagai Bottom-Price. Jika harga dibawah Bottom-Price maka pemerintah wajib beli.

Dia menjelaskan harga paling bawah pada Permendag tersebut adalah Rp2.500/kg dengan kadar air 35%.

Jika kadar 35% dikeringkan dan dapat rendemen paling tinggi 60%. Maka total biaya Rp 4.166/kg, baru untuk konversi jagungnya.

Rendemen 60% untuk menjadi jagung pipilan kering 14%-15% sebagaimana harga paling atas pada Permendag bila ditambah biaya produksi Rp250/kg plus biaya buruh Rp100/kg plus biaya transportasi sebesar Rp200/kg. Total biaya produksi adalah Rp4.716/kg. 

"Jadi seharusnya harga paling atas pada Permendag adalah Rp4.716/kg. Mari kita rumuskan bersama oleh para stakeholders," ungkapnya.

Di sisi lain, produksi tahun ini pun dihadang oleh musim kemarau yang datang lebih awal. Dean mengatakan jika tanaman jagung tidak dapat pasokkan pengairan dalam waktu 2-3 minggu pada usia tanaman vegetatif dan generatif maka akan mengganggu pertumbuhan tanaman dan produktivitas.

Dia pun berpendapat musim kemarau kali ini berkemungkinan menghantam produksi nasional.

Pasalnya langkah-langkah antisipasi untuk kondisi kemarau atau El-Nino yang seharusnya sejak kemarin sudah dilakukan belum maksimal. Seperti perbaikan sumur dalam, sumur pompa, irigasi dan membuat embung penangkap air. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper