Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Dirikan Pabrik Baru, Begini Strategi Kimia Farma Akselerasi Produksi

PT Kimia Farma (Persero) Tbk. berencana mengakserasi laju peningkatan produksi menjadi 20% pada 2020. Meski demikian, perseroan belum akan mendirikan pabrik dalam waktu dekat. Apa strateginya?
Unit Research & Development melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan produk baru Perseroan, yang dilengkapi dengan laboratorium formulasi dan laboratorium analisis, fasilitas ekstraksi dan kebun tanaman obat seluas 5 Hektar di Bandung dan 1.060 Hektar di Cianjur Selatan, Jawa Barat. /KIMIA FARMA
Unit Research & Development melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan produk baru Perseroan, yang dilengkapi dengan laboratorium formulasi dan laboratorium analisis, fasilitas ekstraksi dan kebun tanaman obat seluas 5 Hektar di Bandung dan 1.060 Hektar di Cianjur Selatan, Jawa Barat. /KIMIA FARMA

Bisnis.com, JAKARTA - PT Kimia Farma (Persero) Tbk. berencana mengakserasi laju peningkatan produksi menjadi 20% pada 2020. Meski demikian, perseroan belum akan mendirikan pabrik dalam waktu dekat. Apa strateginya?

Financial Director PT Kimia Farma (Persero) Tbk. I.G.N. Suharta Wijaya menyampaikan bahwa perseroan mencatat level utilisasi pabrik ke rekor tertinggi perseroan dengan peningkatan produksi pada tahun lalu 10%.

"Produksi obat perseroan setidaknya dapat naik 10% hingga akhir tahun. Baru pada 2020 paling tidak [naik] 20%. Tapi kami belum akan mendirikan pabrik dalam waktu dekat," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (26/3/2019).

Dia mengungkapkan strategi yang akan dijalankan oleh perusahaan adalah pengoperasian pabrik perseroan di Banjaran mulai pada semester II/2019.

Selain itu, perseroan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan akuisisi dan merger pabrik yang dapat melengkapi produk perseroan. “Ada beberapa [yang sedang berdiskusi untuk merger atau akuisisi].”

Dia mengungkapkan beberapa faktor keberhasilan perseroan meningkatan produksi, yakni tidak menghadapi masalah pemesanan obat pada tahun lalu, serta ketersediaan bahan baku yang telah dikunci dari 2 tahun sebelumnya.

Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GP Farmasi) menghitung ketersediaan obat pada tahun lalu susut yakni 1%--2%. Asosiasi pun menyatakan fenomena tersebut jarang terjadi di industri farmasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper