Bisnis.com, JAKARTA – Industri rokok elektrik melakukan akselerasi sejak dilegalkan pada akhir kuartal III/2018. Tahun ini, penerimaan cukai elektrik diproyeksi melesat menjadi hampir delapan kali lipat dari realisasi tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah masuknya investasi asing ke industri ini.
Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia mengatakan (APVI) menyatakan setidaknya akan masuk investasi senilai US$50 juta untuk pendirian pabrik kilang cairan rokok elektrik maupun pabrik pengisian pod rokok elektrik.
Asosiasi menyampaikan telah ada beberapa produsen alat rokok elektrik maupun cairan rokok elektrik yang telah mendekati asosiasi untuk masuk ke pasar dalam negeri.
Ketua Bidang Organisasi APVI Garindra Kartasasmita mengatakan ada dua produsen raksasa rokok elektronik yang menyatakan tertarik untuk berinvestasi di Tanah Air yaitu JUUL Labs dan Philip Morris International melalui produk IQOS. Adapun, produsen rokok elektrik Malaysia NCIG berencana akan membuka pabrik pembuatan cairan rokok elektrik dan pengisian pod rokok elektrik di Bandung pada tahun depan senilai US$10 juta.
“Ada lagi yang besar-besar mau masuk. Saya bilang kalau lima kali lipat dari itu [investasi NCIG] sih tercapai. JUUL mungkin lebih besar dari NCIG [nilai investasinya], harusnya sih begitu," ujarnya, Jumat (22/3/2019).
Seperti diketahui, JUUL merupakan rokok elektrik sistem tertutup yang menggunakan pod asal Amerika Serikat. Beberapa waktu yang lalu, JUUL telah dibeli oleh Philip Morris Internasional senilai US$12,8 miliar. Sementara itu, JUUL berhasil menyerap 23% perokok konvensional Negeri Paman Sam dengan penjualan per tahun mencapai US$3 miliar.
CEO NCIG International Shariffudin Bujang menyampaikan pihaknya menargetkan dapat mengoperasikan kilang cairan dan pengisian pod rokok elektrik dengan kapasitas produksi 10 juta pod. Shariffudin berujar pendirian pabrik tersebut akan rampung pada tahun ini.
Shariffudin mengemukakan pihaknya akan melihat animo pasar rokok elektrik pod dalam negeri pada tahun ini untuk menyesuaikan kapasitas produksi pabrik. Pasalnya, ujarnya, produk yang ditawarkan perseroan tergolong baru untuk konsumen di Tanah Air.
Perseroan, lanjutnya, memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia melihat potensi pasar rokok elektrik yang besar. Selain itu, ujarnya, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang telah melegalkan penjualan cairan rokok elektrik di Asia.
“Jadi, bagi saya ini sangat-sangat bagus dan tindakan pemerintah itu [legalisasi] cairan rokok elektrik] akan menjadikan Indonesia sebagai hub ekspor dan hub [industri] vapor Asia,” paparnya kepada Bisnis.
Shariffudin menambahkan pembangunan pabrik di dalam negeri juga dapat mengurangi biaya logistik perseroan yang cukup besar. Selama ini, imbuhnya, NCIG membuat cairan rokok elektrik di Malaysia dan mengirimkannya ke China untuk diisi ke dalam pod. “Jadi agak susah. Jadi kami fokuskan pod itu di refill di Indonesia dan diekspor,” tuturnya.