Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia siap melakukan tindakan tegas terhadap produk-produk Eropa apabila kebijakan Komisi Eropa terkait penghapusan minyak kelapa sawit sebagai biofuel diberlakukan.
Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman menyampaikan bahwa usulan keputusan Uni Eropa tersebut dapat merugikan para petani kecil yang mata pencahariannya dari sektor perkebunan kelapa sawit.
"Kami [Indonesia] ndak mau didikte oleh siapapun, kita bangsa besar dan Presiden menekankan itu, apalagi kalau tadi sudah menyangkut masalah rakyat kecil pengusaha kecil small holder," tutur Luhut di Jakarta, Rabu (20/3).
Dalam pertemuan dengan para pemimpin korporasi Eropa yang ada di Indonesia di Kementerian Luar Negeri, Luhut menyampaikan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Uni Eropa selama ini sangat baik.
Dia mengatakan, bahwa Indonesia juga memerlukan produk dari perusahaan-perusahaan Eropa untuk membangun investasi yang lebih besar di masa depan.
Kendati demikian, usulan Komisi Eropa terhadap penghapusan kelapa sawit sebagai bahan bakar biofuel serta menetapkannya dengan status 'high risk' akan memberikan dampak yang besar terhadap sekitar 20 juta tenaga kerja dari sektor perkebunan kelapa sawit Indonesia.
Dengan demikian, pihaknya pun mengancam apabila usulan tersebut disetujui maka ada kemungkinan bahwa produk dari Eropa akan dilarang masuk ke Indonesia, salah satunya pesawat.
"Kita lihat nanti gerak majunya gimana [dilarang atau tidak], Kalau kelapa sawit kita mati, rakyat kita mati, masak kita biarin?!," tegasnya.
Luhut menyampaikan dalam paparannya bahwa Indonesia membutuhkan sekitar 2.500 pesawat dalam berbagai bentuk model dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.
"Dan saya kira itu angka yang cukup besar nilainya mencapai US$40 miliar dan itu dapat menciptakan sekitar 250 juta lapangan pekerjaan untuk Eropa atau Amerika," katanya.
Dia menambahkan Asosiasi Transportasi Udara Internasional memproyeksikan bahwa sektor penerbangan Indonesia akan naik tiga kali lipat pada 2034 mencapai 270 juta penumpang per tahun.
"Saya make it clear kepada teman-teman negara eropa, kami bukan negara miskin, kami negara berkembang, kami punya potensi [investasi] yang bagus," tegasnya.