Bisnis.com, JAKARTA -- PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) alias Indonesia Port Corporation (IPC) berharap Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub bagi kegiatan alih muatan alias transshipment kargo ekspor dan berlaku sebagai spoke dari pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia.
"Kondisi ideal dan in progress, Tanjung Priok sebagai cargo consolidation dan pelabuhan di Indonesia lainnya sebagai feeder services," kata Pelaksana Tugas Direktur Komersial Pelabuhan Indonesia (Pelindo( II Dani Rusli dalam media gathering di Jakarta, Senin (18/3/2019).
Feeder services tidak hanya diharapkan dari pelabuhan di wilayah kerja IPC, tetapi juga dari luar IPC.
Berdasarkan data Pelindo II, meskipun transshipment di Tanjung Priok sudah menunjukkan perkembangan positif, masih banyak kargo di sejumlah pelabuhan cabang IPC singgah di negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.
Dari arus kontainer sebanyak 117.000 TEUs di Pelabuhan Panjang Lampung, 50% menuju transshipment port di Singapura dan 40% menuju Tanjung Pelepas, Malaysia. Hanya 6% yang transshipment domestik di Tanjung Priok dan 4% domestik murni.
Sementara itu, di Pelabuhan Palembang, dari produksi bongkar muat 172.000 TEUs, 44% menuju Singapura dan 5% menuju Haikou, China. Sebanyak 35% transshipment melalui Tanjung Priok dan 16% domestik murni menuju Jakarta.
Adapun di Pelabuhan Pontianak, dari throughput sebanyak 278.000 TEUs, 6,5% menuju Singapura dan 93,5% domestik ke Jakarta.
IPC menargetkan 1,8 juta TEUs kontainer ditransitkan di Tanjung Priok tahun ini setelah mampu menggaet 1,2 juta TEUs pada 2017.
Eks Terminal 2 PT Jakarta International Container Terminal (JICT) akan disulap menjadi terminal transshipment domestik untuk memfasilitasi kegiatan alih muatan. Setelah lama idle, bekas terminal internasional itu akan difungsikan lagi pada semester II/2019.