Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Darmin Nasution: Neraca Dagang Surplus, Masih Perlu Kerja Lebih Keras

Indonesia masih perlu bekerja lebih keras lagi agar pertumbuhan positif dapat berjalan secara konsisten dan berkelanjutan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat memberikan paparan dalam Rapat Koordinasi Kelapa Sawit dan Keanekaragaman Hayati di Jakarta, Senin (4/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat memberikan paparan dalam Rapat Koordinasi Kelapa Sawit dan Keanekaragaman Hayati di Jakarta, Senin (4/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis com,JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai bahwa meskipun neraca perdagangan Februari 2019 surplus US$330 juta, masih perlu upaya yang lebih keras lagi.

Hal itu diperlukan agar pertumbuhan positif Indonesia dapat berjalan konsisten dan berkelanjutan.

Realisasi neraca perdagangan yang surplus saat ini dinilai belum bisa dijadikan pegangan yang kuat dan bisa mencerminkan kondisi yang akan konsisten berkelanjutan. Hal itu seiring situasi global saat ini yang masih penuh dinamika. 

Mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut menilai bahwa hasil positif neraca perdagangan saat ini jangan sampai mempengaruhi atau menghentikan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

Sebab, kondisi global yang tidak menentu dinilai masih akan mempengaruhi kinerja ekspor dan impor nasional. 

"Jadi kelihatannya kerja kerasnya masih belum cukup. Artinya masih perlu bekerja lebih keras lagi untuk membuat neraca perdagangan dan transaksi berjalannya bisa lebih konsisten dan lebih baik," ujar Darmin, Jumat (15/3/2019).  

Menko Darmin mengatakan dengan kondisi neraca perdagangan positif diharapkan pertumbuhan ekonominya juga stabil, bahkan bisa lebih tinggi. Apalagi di tengah situasi global yang masih tidak menentu seperti saat ini. 

Darmin mengapresiasi kinerja neraca perdagangan yang surplus. Namun, kondisi impor yang ikut turun patut diwaspadai, karena impor saat ini didominasi bahan baku maupun bahan modal yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan.

"Jadi situasi ini ya bukan hanya bagaimana menaikkan ekspor jadinya, tapi juga supaya kita bisa jaga pertumbuhan, sehingga impornya juga tidak merosot secara tajam. Jadi saya lebih melihat, kita harus bukan hanya perhatiannya ke ekspor saja sekarang, tapi termasuk juga ke GDP dan impornya," tegas Darmin.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Februari 2019 mengalami surplus US$330 juta yang terdiri dari ekspor US$12,53 miliar dan impor US,$12,2 miliar.

Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-Februari 2019 tercatat defisit sebesar UD$734 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper